Pages

Thursday, May 23, 2013

UMAT TERBAIK

ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA BERFIRMAN, “KAMU ADALAH UMAT TERBAIK YANG PERNAH DILAHIRKAN UNTUK MANUSIA, MENGAJAK KEPADA YANG MAKRUF DAN MENCEGAH DARI YANG MUNGKAR, SERTA BERIMAN KEPADA ALLAH”. (ALI IMRAN AYAT 110).

Sayyid Quthub ketika mengupas tafsir ayat di atas menulis, “Inilah permasalahan yang harus difahami dan dimengerti oleh umat Islam agar mereka mengetahui hakekat diri dan nilainya, serta dimengerti bahwa mereka itu dilahirkan untuk maju ke garis paling depan guna memegang kendali kepemimpinan, karena mereka adalah umat terbaik”. Bila mencermati sejarah umat Islam, kita akan mendapati betapa hebatnya generasi pertama Islam itu. Baik yang hidup bersama Rosulullah maupun semasa khalifah yang empat, dan beberapa masa sesudahnya. Prestasi dan sepak terjang mereka dalam berbagai bidang, benar-benar mencengangkan dunia. Kepiawaian mereka di bidang seni dan budaya, keahlian mereka di bidang politik, perang dan ekonomi, kecerdasan mereka di bidang penemuan ilmiah seperti mathematika, keindahan budaya arsitektur sampai kepada penegakkan keadilan dan pencapaian kesejahteraam masyarakat yang penuh dengan keberkahan dan keridhoan Ilahi. Semuanya benar-benar merupakan manifestasi dari keagungan dan kesucian ajaran Islam. Untuk itu kita wajib meneladani mereka itu.

Deretan ilmuwan mathematika, astronomi, kedokteran seperti al-Khawarismi, Bairuni, Ibnu Haitam, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina dan Hinaya. Mereka ini merupakan pahlawan yang memperkaya khasanah peradaban manusia karena semangat berfikir dan bertindaknya atas naungan dan bayangan Al-Qur’an. Marquis de Dufferin (seorang penulis Barat) mengatakan, “Kepada ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan kaum muslimin, bangsa-bangsa eropa sangat berhutang budi kepada umat Islam. Berkat pengetahuan yang dibangun oleh ilmuwan Islam-lah bangsa eropa mampu memperoleh kebebasan diri mereka dari kekacauan abad-abad kegelapan”. Juga A.M.L. Stoddard dalam bukunya, “Dunia Baru Islam” menegaskan, “Selama tiga abad pertama timbulnya Islam (kira-kira tahun 650-1000), dunia Islam adalah bagian dunia yang paling berbudaya dan paling maju di dunia”

Berdasarkan kenyataan historis itulah banyak ilmuwan sampai pada kesimpulan bahwa, sebenarnya menjadi seorang muslim berarti mengambil posisi sebagai pionir dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam diri setiap muslim tertanam semangat dan cita-cita untuk memperbaiki keadaan umat manusia, kaya dengan gagasan-gagasan baru yang siap direalisasikan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, serta professional dalam mengembangkan dakwah agama Allah di mata umat manusia.

Menjadi seorang muslim memang memikul tanggung jawab yang besar di muka bumi ini (coba anda baca ayat di atas). Dan sebagai konsekuensi logis dari umat Islam sebagai umat yang terbaik hadir di pentas sejarah. Yusuf al-Qaradhawi mengatakan, “Rahasia sukses generasi pertama Islam adalah mereka sangat memperhatikan waktu”. Ketamakan mereka dalam memanfaatkan waktu mengalahkan ketamakannya terhadap uang, tegasnya “Waktu bukan saja lebih berharga dari pada emas, tetapi juga kunci sukses untuk kehidupan dunia dan akherat”. Karena itu Yusuf al-Qaradhawi mengkritik keras umat Islam yang cenderung lebih senang membuang-buang waktu, padahal sebenarnya mereka telah melewati ambang kebodohan dan kepikunan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan, bukan berkejaran dalam berbuat kejahatan” (Al-Baqarah ayat 148), dan Rosulullah pun mendukung perintah ini dengan sabdanya, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”. Profesor Dr. H.M. Yunan Nasution pada saat menulis disertasi tentang corak pemikiran kalam tafsir Al-Azhar karya Profesor Dr. Buya Hamka berkesimpulan, “Dalam masyarakat modern, dimana kekuatan ekonomi suatu bangsa juga menentukan harkat dan martabat bangsa itu, misalnya kesadaran tentang kerja, terutama yang memberi dorongan kuat bagi peningkatan kemampuan ekonomi haruslah dimiliki oleh umat Islam”. Hal ini menunjukkan bahwa anjuran Islam untuk bekerja, berkarya dan berprestasi sangat diperhatikan sebagaimana Rosulullah bersabda, “Jika hari kiamat hampir tiba, dan tangan salah seorang diantara kamu ada bibit pohon kurma, dan kamu masih sempat menanamnya, maka tanamlah, dengan demikian kamu mendapatkan pahala”.

Diriwayatkan oleh Baihaqy, Abi Ya’la dan Ibnu Asakir dari A’isyah bahwasanya, “Sesungguhnya Allah menyukai seorang yang apabila melakukan pekerjaannya ia menekuninya”. Sungguh menekuni sebuah pekerjaan dengan jujur dan tulus ikhlas dalam mencari keridhoan Allah, niscaya orang tersebut telah mewarnai dunia dengan sikap yang jujur dan ketulusannya itu. Untuk itu, dia berhak memperoleh kebahagiaan berkat kejujuran dan ketulusannya, dan dunia memang harus diwarnai dengan kerja keras yang dilandasi sikap jujur dan tulus ikhlas demi menggapai ridha-Nya. Ada sebuah teks kasidah Burdah Bushry berbunyi, ”Nafsu itu bagaikan susu. Jika engkau menyusu, ia akan tumbuh menjadi dewasa dengan susu. Jika engkau sapihi dia, ia akan tumbuh dengan sapihan. Karenanya, jauhilah keinginan nafsu”. Wallahu a’lam. (SK 23052013)
Sumber Laman fb: 
Suprihkoesoemodua Suprih

Tuesday, May 21, 2013

Panggilan Allah kepada hamba-hambanya.

Dalam Al-Qur’an, manusia dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menggunakan panggilan sesuai kedekatan dan kedudukannya, misalnya, “yaa ayyuhannas”, “yaa ayyuhalladzina aamanuu”, “yaa ayyuhal kafirun” dan salah satu panggilan mesra serta akrab adalah “yaa ‘ibadii”. Allah pun menyebut hamba-hamba yang dikasihi-Nya dengan panggilan “ibadurrahman” atau hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah. Kelak di yaumil akhir, ‘ibadurrahman akan bersama para nabi, shiddiqin, syuhada dan as-sholihin. “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rosul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (An-Nisaa ayat 69).

Sifat dan karakteristik “ibadurrahman” atau hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah telah dijelaskan dalam surat Al-Furqon ayat 63 sampai ayat 77, antara lain :

• Orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati. Siapakah ? Adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan santun, tenang, penuh wibawa, tidak berlagak sombong, dan sewenang-wenang, tidak berbuat kerusakan di dalamnya serta tidak bermaksiat kepada Allah.

• Bila ditegur orang yang jahil, ia mengucapkan salam kedamaian. Mereka membalas sikap dan perkataan orang-orang yang tidak baik dengan kebaikan. Orang-orang sholeh sepanjang sejarah manusia selalu dihadapkan dengan perilaku buruk dan zalim manusia yang jauh dari hidayah.

• Orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Mereka istiqomah mendirikan sholat tahajud di malam hari, ibadah sunah yang sangat tinggi nilainya di hadapan Allah. Sedikit orang yang mampu melakukannya pada saat sebagian besar manusia tidur lelap. Mereka justru sedang asyik bermesraan dengan Tuhan pemilik semesta sehingga pantas mendapatkan kedudukan yang mulia.

• Apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir serta pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian. Ada dua konsep keseimbangan dan kehormatan diri dalam menyikapi harta, yaitu tabzir dan israf. Tabzir atau pelakunya disebut mubazzirin adalah perilaku boros dan membuang-buang harta yang merupakan perbuatan syaitan. Sedangkan irraf atau pelakunya disebut musrifin adalah berlebih-lebihan dalam segala hal. Makan, minum kekenyangan, belanja berlebihan menuruti hawa nafsu, menonton berlebihan hingga lupa waktu, bahkan dalam berinfak juga berlebihan dan seterusnya. Dalam hal ini Allah tidak suka kepada orang yang berlebihan. (SK 21052013)

Monday, May 20, 2013

Sepuluh kalimat puja dan puji serta doa untuk menenangkan jiwa

Jika kita berfikir dalam keraguan atau kegalauan, maka anda akan gagal. Sebaliknya jika kita berfikir dengan tenang dan penuh dengan keyakinan maka anda akan menang. Kenapa ? Karena jika hati dan fikiran kita sangsi dan tidak percaya, maka akan muncul alasan-alasan yang membenarkan keraguan itu sendiri. Manusialah yang memproduksi fikiran-fikirannya itu sendiri. Percayalah dengan keyakinan atau iman dan takwa serta menghiasi diri dengan desah dan nafas menyebut nama “Allah” maka akan menjadikan ketenangan jiwa yang akhirnya menuju keberhasilan atau kemenangan.

Seorang ulama besar Hujjatul Islam Imam Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali dalam kitab “Ihya ‘Ulumuddin” dan “Bidayatul Hidayah” menganjurkan agar menggunakan setiap kesempatan terutama setelah sholat ataupun pada malam hari supaya diisi dengan takarrub kepada Dzat Yang Maha Suci yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan memanjatkan puja dan puji atas Asma-Nya untuk kepentingan akherat. Semua doa atau dzikir yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shalallaahu ‘alaihi wa sallam beserta sahabat-sahabatnya dianjurkan dibaca berulang-ulang agar mempengaruhi terhadap ketenangan jiwa. Karena yang sedikit dengan dilakukan secara terus menerus adalah lebih baik dan utama serta dapat mempengaruhi hati daripada membaca berulang-ulang yang jumlahnya banyak dan terputus-putus. Hujjatul Islam Imam Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali mengatakan, “Yang sedikit terus menerus itu adalah umpama titik titik air yang menitik ke atas bumi secara terus menerus, lama kelamaan mendatangkan suatu lubang kecil pada bumi. Dan juga bila titik-titik air itu jatuh ke atas batu. Air banyak yang berpisah-pisah dalam waktu yang berjauhan, tidaklah menimbulkan bekas yang nyata. Maka sepuluh inilah kalimat-kalimat yang apabila diulang-ulang tiap-tiap kalimat sepuluh kali, maka jadilah seratus kali. Untuk itu, akan lebih afdhal daripada mengulang-ulangi suatu dzikir seratus kali, karena tiap-tiap kalimat tersebut mempunyai kelebihan atas kesadaran dan kelezatan. Dan bagi jiwa, dalam berpindah dari kalimat ke kalimat mempunyai ketenangan dan keamanan dari kemalasan”.

Ada sepuluh kalimat puja dan puji serta doa untuk menenangkan jiwa yang masing-masing dibaca atau diwiridkan sebanyak sepuluh kali adalah :

• Pertama membaca “Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa hayyun laa yamuutu, wa huwa ‘alaa kulli syai’in qodiir” (Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Ia Yang menghidupkan dan Yang mematikan. Dia yang hidup tiada Mati. Di tangan-Nya kebajikan. Dan Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu).

• Kedua membaca “Subhaanallaahi wal hamdu lillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, wa laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhim” (Maha Suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar dan tiada daya upaya, dan tiada kekuatan melainkan dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung)

• Ketiga membaca “Subbuuhun qudduusun robbul malaa’ikati war ruuh” (Allah Maha Suci, Maha Quddus, Tuhan bagi segala Malaikat dan nyawa).

• Keempat membaca “Subhaanallaahil ‘azhiimi wa bihamdih” (Maha Suci Allah Yang Maha Agung dan dengan pujian kepada-Nya).

• Kelima membaca “Astaghfirullaahal ‘azhiim, al ladzii laa illaaha illaa huwal hayyul qoyyuumu wa as’aluhut taubah” (Aku minta ampun pada Allah Yang Maha Agung, yang tiada disembah selain Dia, Yang Hidup, Yang berdiri sendiri dan bermohon taubat kepada-Nya).

• Keenam membaca “Allaahumma laa maani’a lima a’thoita, wa laa mu’thiya lima mana’ta wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jadd” (Wahai Allah Tuhanku ! Tiada yang melarang akan apa yang Engkau berikan, tiada yang memberi akan apa yang Engkau larang. Dan tiada bermanfa’at orang yang mempunyai kesungguhan daripada Engkau oleh kesungguhannya).

• Ketujuh membaca “Laa ilaaha illallaahul malikul haqqul mubiin” (Tiada yang disembah, selain Allah, yang menguasai yang Maha Benar, yang Maha menjelaskan segala sesuatu).

• Kedelapan membaca “Bismillaahil ladzii laa yadhurru ma’asmihi syai’un fir ardhi wa laa fis samaa’I wa huwas samii’ul ‘aliim” (Dengan nama Allah yang tiada memberi kemelaratan sesuatu atas nama-Nya, di bumi dan di langit. Dan Dia Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui).

• Kesembilan membaca “Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad, ‘abdika wa nabiyyika wa rosuulikan nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa ‘aalihii wa shohbihii wa sallim” (Wahai Allah Tuhanku ! Anugerahilah rahmat dan kesejahteraan kepada Muhammad, hamba-Mu dan Rosul-Mu, Nabi yang ummi (tidak tahu tulis-baca), kepada kaum keluarganya dan sahabat-sahabatnya).

• Kesepuluh membaca “A’uudzu billaahis samii’il ‘aliimi minasy syaithoonir rojiimi robbii. A’uudzu bika min hamazaatisy syayaathiini, wa a’uudzu bika robbii an yahdhuruun” (Aku berlindung dengan Allah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui daripada syaitan yang terkutuk. Wahai Tuhanku ! Aku berlindung dengan Engkau dari gangguan-gangguan syaitan. Dan aku berlindung dengan Engkau, wahai Tuhanku! Daripada syaitan-syaitan itu dating kepadaku).

Apabila anda merasakan atau melihat bahwa doa atau dzikir anda makbul (dikabulkan Allah), maka ucapkanlah “Alhamdu lillaahil ladzii bi’izzatihi wa jalaalihi tatimmush shoolihaat” (Segala puji bagi Allah, dimana dengan kemuliaan dan keagungan-Nya, sempurnalah segala yang baik-baik). (SK 20052013)
 
Sumber: Laman fb Mualaf Indonesia.

Tuesday, May 14, 2013

Apabila Umat, Ulamak dan Umarak sepakat tidur....

Tahukah anda bahawa gereja terbesar di Asia yang diberi nama 'Calvary Church' telah dibuka?? Tanpa menghiraukan bantahan orang ramai, pihak Kristian semakin berani bertindak dan mencabar negara Malaysia sebagai sebuah negara Islam.

Isu ini telah dikupas 2 tahun yang lalu oleh Prof. Madya Dr Zainur Rashid Zainuddin dalam artikelnya yang bertajuk "APABILA UMAT, ULAMA' DAN UMARA' SEPAKAT UNTUK TIDUR"

********************************************

Rabu, 28 September 2011 - Adakah kita umat yang beragenda?

Sebagai perbandingan, Calvary Church setinggi 6 tingkat ini bakal (kini sudah siap dan telah beroperasi) menjadi kompleks gereja yang terbesar di Asia yang kini di dalam proses pembinaannya di Bukit Jalil.

Pada tahun 1972 dulunya, keahlian Calvary Church ini hanyalah seramai 120 orang tetapi kini telah menjangkau melebihi 7000+ ahli (hari ini mungkin lebih lagi daripada angka ini) di atas usaha gigih mereka.

Dengan motto ‘PREACH’ yang diimani dan dilaksanakan secara terancng, maka hasilnya semakin terserlah pada hari ini.

P-Preach the Gospel to ALL nations
R-Research and publish materials on church leadership and missiology
E-Encourage and train pastors, leaders and missionaries
A-Assist churches in developing their missions program
C-Conduct evangelistic rallies, missions and church growth conferences
H-Help coordinate relief projects for humanitarian needs globally

Sudah menjadi sunnah alam bahawa hasil dan kejayaan hanya akan datang dengan usaha dan pengorbanan. Maka perkembangan ini tidaklah begitu mengejutkan sangat.

Janganlah umat Islam menuding jari kepada mereka yang lain dengan berlakunya banyak kebocoran, keciciran dan kemurtadan di kalangan umat Islam tetapi tanyakanlah kepada diri kita sendiri tentang sumbangan kita kepada Islam yang diimani ini.

Toleransi agama bukan bererti bahawa semua agama itu sama taraf dan destinasinya (kesetaraan atau equality) sebagaimana yang diperjuangkan oleh pendokong pluraisme agama dan agenda kristianisasi global harus didepani dengan teliti secara bersama-sama.

Sikap mengkritik dan menyalak kepada orang luar tidak lain dan tidak bukan, hanyalah semakin melondehkan kelemahan diri umat Islam sendiri.

Para pemimpin samada dari BN & PR, para alim-ulama, pemimpin NGO dan umat Islam yang prihatin dengan harga aqidah umatnya mesti terus bekerja bersungguh-sungguh untuk memastikan agenda Islam terus diperjuangkan.

Prof. Madya Dr. Zainur Rashid Bin Zainuddin,
ISMA Cawangan Seremban
Blog: Peduli Ummah

* Dr Zainur Rashid juga merupakan Perunding Aman Palestin & Naib Presiden 1 I-Medik.

Sumber: http://www.ismaweb.net/v4/2011/09/apabila-umat-ulama’-dan-umara’-sepakat-untuk-tidur/

********************************************

Bahan bacaan lanjut:

Membongkar agenda Kristianisasi di Malaysia (Siri 1): https://www.facebook.com/photo.php?fbid=527141357323876

Membongkar agenda Kristianisasi di Malaysia (Siri 2): https://www.facebook.com/photo.php?fbid=527188140652531

Strategi Barat untuk membendung Islam: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=526936507344361

Demokrasi liberal: Strategi penjajahan baru Barat di dunia Islam: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=526940037344008

Monday, May 13, 2013

Ustad Jefri Al Buchori - BIDADARI SURGA ( Lirik Lagu Kenangan Untuk Sang...




6 Fakta Almarhum Ustadz Jeffry AlBukhori dalam memperlakukan Isterinya ♥

1. Abi selalu memimpin tangan isterinya saat berjalan, jikapun 1 tangan juga tak bisa memimpin karena suatu hal, Abi selalu meminta istrinya yang memimpin tangannya. Alasannya dia bertanggung jawab atas jalan istrinya supaya selalu aman.

2. Abi selalu mencium kening istrinya disaat-saat tertentu, sebelum dan selepas balik dari bekerja, selepas solat, sebelum dan sesudah tidur. Alasannya sebagai tanda bahwa dialah pelindung dan penenang istrinya agar istrinya selalu merasa nyaman.

3. Abi tidak pernah berteriak pada istrinya, alasannya suara yang keras dari suami untuk istrinya adalah cambuk yang menyakitkan.

4. Abi tidak pernah mencela dan memaki istrinya sebesar apapun kesalahan yang diperbuat alasannya makian dan celaan bukan kata kata yang bijak untuk mengajarkan kebenaran

5. Abi selalu memeluk dan membelai istrinya jika istrinya berbuat salah, alasannya mulut dan perbuatan istri adalah tanggung jawab suami, bila istri sampai tidak terkontrol itu adalah salah suami, sebab itu dia selalu memeluk dan membelai istrinya sambil berkata "maafkan Abi" , lain kali jangan kamu ulangi kesalahan itu lagi, jadilah istri yang soleha dan baik, salahkan Abi saja.

6. Abi selalu bangun sebelum dan berangkat tidur setelah istrinya, alasannya kewajibannyalah untuk melindungi hidup istrinya dimulai saat bangun tidur dan sampai akan tidur, itulah janji suami pada istrinya.

Pepatah ada mengatakan hati wanita akan luluh jika disiram dengan air sejuk daripada menyiramnya dengan minyak panas, krn pada dasarnya mereka inginkan perhatian dan kasih sayang.

Semoga keluarga kita selalu bahagia dan harmoni.

Aamiin.

Ustad Jefri Al Buchori meninggal akibat kemalangan motorsikal pada bulan April 2013 baru-baru ini. Semoga rohnya di tempatkan bersama roh para solihin.

Sunday, May 12, 2013

Suatu Pesanan Pasca Pilihanraya Ke 13


by Aznan Hasan (Notes) on Friday, May 10, 2013 at 3:38pm.
 
Pilihanraya telah berlalu. Pertamanya, saya selaku Pengerusi Majlis Ulama, Ikatan Muslimin Malaysia mengucapkan tahniah ( di dalam kerangka politik demokrasi Malaysia) kepada mereka yang telah terpilih. Penyataan tahniah ini hakikatnya merupakan suatu takziah. Kepada seorang Muslim yang menyedari beratnya tanggungjawab sebagai pemimpin, dan bagaimana ianya boleh menjadi suatu kecelakaan dan sesalan di akhirat nanti (sila rujuk hadis AbdulRahman dlm hal ini), sudah tentulah pemilihan tersebut merupakan suatu yang amat berat.

Kepada mereka yang tidak terpilih dan merasakan bahwa terdapat penipuan di dalam pilihanraya tersebut, silalah menggunakan segala ruang perundangan dan saluran yang ada demi mendapatkan keadilan. Itu adalah hak anda yang sepatutnya anda pertahankan. Namun begitu, saya berharap, apa juga tindakan yang diambil tidaklah membawa kepada risiko keamanan yang sama-sama kita kecapi. Setelah semua proses perundangan dan saluran yang sepatutnya dilakukan, tetapi keputusan tetap tidak berpihak kepada anda (yang tidak puashati), saya menyeru agar marilah kita sama-sama menerima keputusan tersebut.

Jika anda merasakan bahawa anda telah mendapat sokongan yang bertambah, maka lipat gandakanlah usaha anda. Mana tahu, pilihanraya yang akan datang, anda akan mendapat keputusan yang lebih baik. Jadilah pembangkang yang berkaliber di dalam Parlimen atau DUN. Jadikan kepentingan Islam sebagai asas utama anda berada di sana. Bangkanglah (dan sokonglah) apa juga perkara yang memberikan kebaikan kepada Islam. Janganlah kerana anda pembangkang, maka anda terus membangkang (atau disuruh bangkang oleh parti anda) walaupun anda menyedari bahawa perkara tersebut adalah benar (sila rujuk penulisan Dr Salah Sawi di dalam al-ta’adudat al-siyasiyah berkenaan dgn hal ini)

Kepada Barisan Nasional yang telah menang pada pilihanraya ini, saya menyeru kepada beberapa perkara:

1-     Anda perlu menyedari bahawa kurangnya sokongan kepada anda adalah kerana banyak sebab. Antara yang terutamanya ialah dakwaan rasuah dan penyelewengan kuasa yang berlaku. Sebahagiannya telah terbukti di dalam mahkamah, sebahagiannya telah terbukti tidak betul, dan sebahagiannya mungkin tidak di bawa ke atas seperti yang sepatutnya diadili. Saya tidak berniat untuk berbicara lebih panjang berkenaan dgn hal ini, tetapi adalah amat naïf untuk pihak anda menolak kesemua dakwaan ini sebagai tidak benar. “Soul Searching” amat penting untuk dilakukan. Berlaku adillah, kerana itulah teras terdirinya kebenaran dan kelangsungan sesuatu perjuangan (sila lihat nukilan Ibn Taymiyyah dalam hal ini).

2-     Islam. Kembalilah kepadaIslam yang sebenar. Letakkanlah ia sebagai asas yang tertinggi di dalam pentadbiran anda. Insya Allah, anda akan melihat umat Islam akan berpusu-pusu menyokong anda, termasuk juga mereka yang menyokong pihak lain buat masa kini. Bahkan tidak mustahil, pihak pembangkang juga akan menyokong anda. Sebagai sebuah NGO yang memperjuangkan Islam, insya Allah, ISMA akan berkerjasama di dalam apa juga perkara yang menguntungkan Islam dan membawa kepada pengamalan syariat Islam di Malaysia (sama ada peringkat pusat atau negeri). Apa yang kami (dan seluruh umat Islam) tuntut ialah keikhlasan anda dalam melaksanakan Islam. Ianya perlulah diserlahkan oleh anda  di dalam kehidupan (diri sendiri, keluarga) dan juga pentadbiran anda.

3-     Utamakanlah kepentingan rakyat, bukan hanya dari sudut slogannya, tetapi dari sudut praktisnya. Ramai umat yang menghadapi kesulitan hidup buat masa ini. Anda semua akan dipersoalkan oleh Allah SWT jika anda semua gagal bertindak seperti sepatutnya.

4-      Usahalah ke arah penyatuan umat Islam. Serulah seluruh umat Islam (tanpa mengira parti, NGO dsb) untuk duduk semeja dan bersama-sama berfikir ke arah perlaksanaan Islam yang lebih baik di Malaysia. Umat Islam perlu disedarkan tentang cabaran yang perlu mereka hadapi demi untuk membawa Islam ke era seterusnya. Panggillah para ulama, berbincanglah dengan mereka, korek pandangan mereka dan dapatkan pandangan yang ikhlas daripada para ulama yang ikhlas (bukannya ulama pengampu) demi kebaikan agama, bangsa dan negara.

5-     Perkasakan bangsa Melayu sebagai bangsa teras Islam di Malaysia. Anda perlu menyedari bahawa perjuangan bangsa, semata-mata kerana bangsa tidak akan ke mana. Anda perlu berubah dari perjuangan ini. Tetapi perjuangan memperkasakan bangsa Melayu (dalam konteks Malaysia) sebagai teras kekuatan Islam di Malaysia, itulah yang akan menjamin keutuhan negara. Seluruh umat Islam juga perlu menyedari bahawa perjuangan memperkasa bangsa Melayu dan menyediakan mereka sebagai umat teras ke arah perjuangan Islam di Malaysia bukanlah suatu asabiyyah. Kadangkala para pejuang Islam, di dalam kesungguhan mereka memperjuangkan Islam, gagal memahami perjuangan bangsa yang bagaimanakah termasuk di dalam asabiyyah yang terlarang, dan yang manakah tidak.

Umat perlu disedarkan tentang perkara ini. Perjuangan untuk memperkasakan melayu sebagai bangsa teras di dalam membawa Islam di Malaysia bukanlah suatu yang asabiyyah yang terlarang (lihat makna hadis nabi berkenaan dgn asabiyyah dalam hal ini). Bangsa Melayu yang menjadikan Islam sebagai teras kehidupannya, sudah tentulah tidak akan menindas orang lain, termasuklah mereka yang bukan Islam sekalipun. Strategiknya seruan memperkasakan melayu adalah penting, melihatkan kedudukan bangsa melayu sebagai bangsa majoriti, dan mereka adalah beragama Islam. Perkasakanlah melayu dan perkuatkan mereka sebagai tunggak Islam di Malaysia.

5-     Integrasi nasional, di mana Islam sebagai agama persekutuan dan mempunyai hak untuk mentadbir negara. Di dalam negara yang berbilang kaum, integrasi nasional amatlah penting. Namun terasnya mesti jelas. Dalam hal ini, integrasi tersebut, mestilah berlandaskan kepada Islam yang telah diterima sebagai agama Persekutuan. Asas tersebut mesti kukuh dan dipertahankan.

6-     Akhirnya (mungkin masih banyak yang patut disebut), saya rangkumkan di dalam suatu nasihat umum iaitulah bertindaklah dengan berpandukan kepada Syariat Allah.

Kepada seluruh rakan-rakan di dalam ISMA, saya mengambil kesempatan ini untuk mengucapkan Jazakumullah Khairan di atas segala jerit perit dan keringat yang telah anda curahkan. Tidak ada apayang boleh dijanjikan melainkan “semoga Allah SWT merahmati kalian semua dan memberikan ganjaran yang sepatutnya kepada antum”. Saya sendiri merasa kagum dengan kesungguhan antum semua. Walaupun keputusan Qiyadah untuk memasuki pilihanraya agak lewat dibuat, tetapi kesungguhan antum telah membuktikan bahawa generasi ISMA ini adalah generasi yang sanggup berbuat apa saja demi Islam. Saya masih ingat bagaimana antum menghabiskan masa, tenaga, hatta wang ringgit demi dakwah ini. Ada yang menjual barang kemasnya, ada yang melelong emasnya, ada yang berniaga, demi untuk mendapatkan duit untuk menampung perbelanjaan pilihanraya. Subhanallah..

Semoga Allah merahmati kalian. Pedulikan sebarang tohmahan bahawa kalian mendapat sponsor dan sebagainya. Cukuplah Allah SWT menjadi Saksi segalanya. Hasbunallah wani’ma al-wakil. Hendaklah kalian sedar bahawa gerak kerja ISMA bukan hanya untuk pilihanraya. Ianya hanya satu cabang daripada cabangan dakwah ISMA yang pelbagai. Pilihanraya ini telah membuka ruang yang lebih besar kepada dakwah ISMA.  Terkejut mungkin kita, apabila semakin ramai yang ingin mengikut program ISMA. Tanggungjawab kitalah untuk memberikan tarbiyah yang sepatutnya. Kepada kanak-kanak (dgn NAZIMnya), kepada yang menningkat remaja (dgn program PGHnya), kepada yang remaja (dgn PEMBINAnya) dan dgn program pembinaan lebih besar (dgn program ISMAnya).

Perjuangan ini lebih meluas sekarang. Adakah kalian bersedia untuk menyambutnya? Penyusunan yang amat teliti amatlah diperlukan demi memastikan bahawa tiada yang tercicir. Ramainya angka belum tentu menjamin kejayaan. Tetapi kualiti tarbyyah dan takwiniyyah yang sempurnalah yang akan menjamin kelangsungan dakwah ini (lihatMuhammad Ahmad Rashid dlm perbincangan ini melalui al-Muntalaq dan al-Masar).Oleh itu, kurangkanlah memberikan komen dan berbincang perkara yang tidak menambahkan iman, takwa dan amal. Apatah lagi, jika ia hanya membawa kepada jidal yang keras dan menghilangkan rasa kasih sayang sesama Islam (ingat larangan hadis nabi berkenaan dengan larangan jidal yang membawa kepada permusuhan). Ingat kata Hasan al-Banna: “Dakwatuna Da’wat al-Hubb (dakwah kita adalah dakwah kasih sayang)”. Dakwah kita amat luas dan pilihanraya ini hanyalah satu cabang daripada dakwah kita.

Kepada mereka yang telah memberikan dokongan dan sokongan kepada ISMA di dalam pilihanraya yang lepas, terima kasih saya ucapkan. Semoga Allah SWT merahmati dan memberikan balasan sewajarnya kepada anda. Saya berharap dokongan dan sokongan tersebut akan berterusan. Saya menyeru kepada anda semua untuk sama-sama mengikuti program-program yang dianjurkan oleh ISMA. Seperti yang diperkatakan oleh para petugas ISMA di dalam kempen-kempen mereka (secara umum atau tertutup), ISMAadalah suatu badan dakwah. Kerja dakwah di luar waktu pilihanraya adalah lebih besar bagi ISMA daripada kerja dakwah semasa pilihanraya. Doronglah anak-anak tuan-tuan untuk mengikut program ISMA, sama ada NAZIMnya, PGHnya, PEMBINAnya, atau untuk tuan-tuan sendiri, program-program ISMA.

Kepada mereka yang pernah mendengar berkenaan dengan ISMA, sama ada sebelum atau semasa pilihanraya, dan ingin mengetahui lebih lanjut berkenaan dengan ISMA, atau ingin menjadi ahli ISMA dan mengikut program-program ISMA, ahlan wa sahlan saya ucapkan. Marilah sama-sama kita memperbaiki dan memperkasa diri kita sebagai umat Islam yang sebenar melalui program-program ISMA.

Akhir kata, semoga Allah merahmati kita semua dan menjadikan kita sebagai agen ke arah perlaksanaan syariat islam yang sempurna di bumi Malaysia khususnya, dan seluruh alam, secara umumnya. Amin..

Dr. Aznan Hasan,
Pengerusi,
Majlis Ulama, Ikatan Muslimin Malaysia (ISMA)

Tuesday, May 7, 2013

Islam Dan Politik Kepartian Malaysia: Membentuk Pendirian Berasaskan Maqasid Shariah (Asas dan Limitasinya)


Abstrak

Tulisan ini berkaitan dengan keperluan memahami isu politik kepartian di Malaysia dari perspektif Islam. Tujuan tulisan ini adalah untuk mendedahkan kepada masyarakat tentang keperluan memahami situasi, peranan, orientasi dan maksud daripada politik kepartian sehingga ia boleh membawa manfaat kepada kepentingan Islam dan umat Islam. Terdapat di sana lompong yang besar dalam memahami pengoperasian konsep kepelbagaian parti politik dalam cuaca politik di negara ini. Tulisan ini berharap agar parti politik Islam dapat memainkan peranan saling menyempurnakan ke arah membina Malaysia sebagai sebuah negara Islam.

Pendahuluan

Politik kepartian pada asasnya lahir dari sistem demokrasi. Di Malaysia, ia bermula pada tahun 1955 apabila ia menerima sistem demokrasi sebagai kaedah pemerintahan di samping sistem beraja. Tiada dalam pengalaman Islam sepanjang sejarah, tertubuhnya parti politik dalam sistem pemerintahan negara. Ini bermakna kehidupan demokrasi dalam sistem politik Islam adalah satu pengalaman baru bagi umat Islam. Bagaimana amalan demokrasi harus disaring untuk mencapai objektif kehidupan berteraskan maqasid syara’ belum sampai ke tahap matang.

Malaysia seperti negara Islam lain menerima demokrasi Barat secara bertapis. Secara umumnya, kita mengamalkan pilihan raya tetapi masih mengekalkan nilai asal yang diwarisi dari pengalaman pemerintahan Islam ynng lampau. Negara Islam tidak menerima sepenuhnya falsafah demokrasi ala Barat. Prof. Said Asymawi bila ditanya tentang status negara Islam hari ini sebagai negara demokrasi, ia menjawab tidak. Sebaliknya negara umat Islam masih mewarisi sistem pemerintahan Islam dari zaman silam..

Isu penerimaan terhadap sistem demokrasi pilihan raya menjadi perbahasan hangat dalam kalangan gerakan Islam satu masa dahulu. Demokrasi memberi ruang penyertaan rakyat dalam menentukan dasar dan hala tuju negara. Umat menjadi sumber kuasa dan hak umat dalam memuhasabah pemerintah dianggap nilai yang baik dalam demokrasi. Imam Hasan al-Banna menerima sistem demokrasi pilihanraya secara umum dengan beberapa cadangan penambahbaikan. Saya berpendapat bahawa kita masih perlu mengolah demokrasi berasaskan nilai Islam atau nilai ketimuran.

Ini adalah satu satunya penyelesaian politik yang akan memihak kepada Islam dan umat Islam. Ada pun menerima liberal demokratik Barat sepenuhnya dari segi falsafah dan nilai akan merosak dan merugikan umat Islam. Kemungkinan ketidakmatangan pengalaman politik dalam membangunan sistem politik ala Islam telah membawa negara kita kepada perbalahan politik yang mengundang kemusnahan terhadap Islam dan umat Islam sendiri. Matlamat perjuangan parti politik umat Islam tidak dipandu oleh garis panduan bagi mencapai maksud siasah syariyyah yang umum.

Hari ini perbalahan politik dalam kalangan umat Islam sampai ke tahap yang membahayakan. Dengan maksud kemungkinan meruntuhkan sistem politik demokrasi bertapis kepada demokrasi terbuka yang akan meletakkan Islam dan umat Islam di bawah konsep samarata dengan agama dan umat yang lain. Keinsafan menuntut kita bersatu, bersepakat dalam mematangkan amalan demokrasi berasaskan nilai tempatan. Namun begitu, permusuhan politik telah dikuasai dendam yang hanya tahu meruntuh. Tanpa peduli alternatifnya nanti akan memberi ruang untuk kita membangunkan politik atas asas siasah syariyyah atau cita cita tersebut akan terkubur terus.

Krisis politik kepartian di Malaysia

Parti-parti politik umat Islam di Malaysia bagi saya berada dalam keadaan krisis dari segi fungsi dan hubungan, dalam konteks menghidupkan amalan demokrasi di Malaysia. Mereka sepatutnya memainkan peranan saling melengkap dan membina. Namum begitu apa yang berlaku ialah berkonfrantasi sepanjang masa antara satu sama lain. Ini berpunca daripada tidak jelas hubungan siasah syariyyah dalam orientasi demokrasi di Malaysia. Satu pihak menganggap sistem yang ada sudah cukup munasabah manakala pihak yang lain menganggapnya salah dan bertentangan dengan Islam. Barangkali persoalan besar yang belum terungkai semenjak sekian lama ialah dari segi status Malaysia sebagai negara Islam.

Sehingga kini terdapat perbezaan pandangan dalam kalangan ulama Islam termasuk mereka yang menyertai gerakan Islam dalam menilai keIslaman negara Malaysia. Ada yang menganggapnya sebagai negara kafir dan ada yang sebaliknya. Oleh itu bagi menjelaskan latar belakang terhadap permasalahan tajuk saya utarakan dahulu perbincangan tentang keIslaman negara Malaysia.

Pengertian negara Islam

al-Rashid dalam bukunya Usul Ifta’ (2007) telah membawa pandangan beberapa ulama dalam mencari definasi kepada negara Islam. Beliau menukilkan kesimpulan yang dibuat oleh Sheikh Abdullah al-Qadiri bahawa negara Islam ialah bumi di mana hukum Allah dominan(zohir). Keadaan itu tidak berlaku kecuali apabila pemerintahnya adalah muslim yang komited dengan syariah dan melaksanakan hukumnya. Dalam keterangannya, Sheikh tersebut berpendapat, hukum Islam itu menjadi dominan (zuhur) apabila hukum hakam Islam menjadi dominan dan kalimah muslimin yang terlaksana. Ditegakkan syiar Islam dan rukunnya, dilaksanakan hudud dan qisas, diambil hak untuk orang yang dizalimi dari orang yang zalim dan dikibarkan padanya bendera tauhid dan dijatuhkan bendera kufur.

Pandangan ulama Islam sama ada yang silam atau kontemperori hampir sama antara satu sama lain walaupun ungkapannya berbeza. Kesimpulannya ialah dua unsur yang perlu ada dalam pengertian negara Islam iaitu kekuasaan dan berjalannya hukum syariat. Persoalannya ialah apabila sesebuah negara Islam itu terbentuk dengan sifat yang disebutkan, kemudian hilang salah satu atau kedua-dua ciri yang disebutkan iaitu kekuasaan dan perlaksanaan hukum dengan sebab penjajahan atau seumpamanya, adakah hilang sifat keIslaman negara tersebut?

al-Rashid berpendapat bahawa negara Islam tidak akan menjadi negara harb dengan sebab kekufuran pemerintah. Menurut al-Rasyid, mana-mana negara Islam yang dijajah oleh penjajah kekal sebagai negara Islam. Palestin adalah negara Islam walaupun dijajah oleh Yahudi. Begitu juga Republik Soviet Union yang dahulunya Islam kemudian dijajah kekal sebagai negara Islam. Bahkan kata beliau, bagi saya walaupun dalam tempoh yang lama, selama masyarakatnya masih Islam.

Berdasarkan ijtihad ini, termasuklah juga negara Islam yang diperintah oleh pemerintah dalam kalangan umat Islam atau parti dalam kalangan mereka. Walaupun mereka memerintah dengan hukum yang bercanggah dengan syariat, menggunakan mazhab sekular, negara ini kekal sebagai negara Islam yang ditimpa musibah dan perlu diselamatkan melalui proses perubahan.

Adakah Malaysia sebuah negara Islam?

Dari keterangan diatas jelaslah kepada kita bahawa dengan apa tafsiran sekali pun Malaysia adalah sebuah negara Islam. Malaysia pada zaman Melaka telah menjadi sebuah Empayar Islam selama hampir tiga ratus tahun, kemudian dijajah selama 640 tahun sebelum mendapat kemerdekaan pada tahun 1957. Mana-mana negara Islam yang dijajah kemuadian mencapai kemerdekaan, ia kekal sebagai negara Islam walaupun tidak sempurna perlaksanaan Islamnya.

Apa yang kurang?

Walaupun dari segi hukum atau status, negara Malaysia adalah sebuah negara Islam. Ini tidak bermakna bahawa Malaysia telah melaksanakan sistem mengikut kaedah siasah syariyyah. Dari segi struktur tidak ada masalah yang menghalang Malaysia dari mengaplikasikan sistem pemerintahan berdasarkan siasah syariyyah. Yang di Pertuan Agong sebagai khalifah atau ketua negara, Perdana Menteri sebagai wazir tafwidh, parlimen sebagai majlis syura dan begitulah seterusnya.

Pada pengamatan saya, ada beberapa perkara yang masih memerlukan kepada penambahbaikan:

Pertama; Hubungan antara perkara 3(1) dalam perlembagaan dalam mempengaruhi tindak tanduk eksekutif atau Perdana Menteri yang sepatutnya melaksanakan dasar dan polisi terikat dengan sumpah Yang di Pertuan Agong.

Kedua; Kuasa yang diperuntukkan kepada pihak berkuasa agama berdasarkan jadual sembilan jauh lebih kecil daripada yang sepatutnya Islam sebagai agama negara. Dengan erti kata lain sepatutnya mahkamah syariat mengambil tempat mahkamah sivil.

Ketiga; Ciri-ciri pemimpin utama di peringkat yang tertinggi, peringkat Perdana Menteri dan ahli dewan parlimen dan dewan rakyat.

Keadaan ini meletakkan Malaysia dalam keadaan perbahasan fiqh. Bagaimana tingkah laku politik dalam keadaan tidak sempurna sifat dan syarat dalam beberapa perkara. Ulama dan pemimpin Islam pada era kemerdekaan telah berijtihad. Walaupun disebabkan faktor dalaman atau luaran ciri negara Islam tidak dapat dipenuhi sepenuhnya, namun mereka telah meletakkan dalam perlembagaan peruntukan yang menjamin semaksima mungkin kehendak siasah syariyyah terpelihara. Sebagai contoh, kedudukan agama Islam sebagai agama persekutuan, hak keistimewaan orang Melayu dan Bumi putra, kedudukan institusi raja dan bahasa Melayu tidak boleh diubah oleh sesiapapun. Ini merupakan ijtihad berpandukan maslahah (ijithad maslahi) yang telah dilakukan oleh orang terdahulu.
Berdasarkan keterangan di atas, adalah menjadi kewajiban kepada semua parti politik umat Islam untuk menyempurnakan pengisian bagi sebuah negara Islam yang sempurna mengikut siasah syariyyah. Perhubungan antara parti politik tidak sepatutnya bercanggahan antara satu sama lain sehingga ke tahap menghukum. Kita harus menerima keadaan yang ada sebagai hasil dari ijtihad maslahi berdasarkan kekangan yang ada pada masa itu. Cabaran semasa juga tidak kurang hebatnya. Oleh itu perjuangan mengisi pemerintahan mengikut maksud syara’ perlu dilaksanakan dengan pintar, bijaksana dan cermat.

Kepelbagaian parti dalam negara Islam.
Menurut Prof. Dr. Solah al-Sowi (2011), kepelbagaian parti politik dalam bentuk yang dipraktikan dalam realiti kita hari ini (dalam bentuk blok- blok politik menggunakan cara demokrasi untuk sampai ke tampuk pemerintahan bagi melaksanakan program politik tertentu) adalah merupakan pendekatan baru yang tidak berlaku dalam praktik umat pada zaman silam. Menurut beliau, terdapat tiga aliran ijtihad masa kini berkenaan isu tersebut:

Pertama: Mengharamkan kepelbagaian parti politik sama sekali

Golongan ini berpendapat bahawa sistem berbilang parti tidak ada ruang dalam masyarakat Islam. Kaedah bermazhab dalam Islam tidak termasuk politik, kerana ia merungkai usul dan kaedah syara’. Ia juga membawa kepada kesan yang buruk dan tidak diingini. Oleh itu perlu berpegang kepada kaedah menutup pintu jalan (saddu al-zariah).

Kedua: Mengharuskannya secara keseluruhan

Golongan ini bukan sahaja berpegang kepada konsep kepelbagaian dalam konteks berpegang dengan konsep ketuanan syariah sahaja, malah membuka pintu seluas luasnya. Mereka berpendapat bahawa kepelbagaian mazhab dalam Islam merangkumi kepelbagaian yang lebih jauh. Termasuklah parti sosialis yang mengingkari Tuhan, sekular dan seumpamanya. Mereka menolak pemerintahan yang mengumpul kuasa pada seorang individu. Ini adalah kerana kuasa seumpama ini mengandungi maksud membunuh kehendak manusia, mensia-siakan potensi rakyat dan membawa negara kepada keganasan. Mereka sebaliknya, mengakui hak setiap kuasa rakyat dalam mengunakan hak kebebasan bersuara, berkumpul dan segala macam hak yang sah dengan kerjasama seluruh kuasa nasional. Antara yang ketara menyeru kepada aliran ini ialah gerakan ittijah Islamis Tunis.

Ketiga: Mengharuskannya dalam kerangka usul Islam. Iaitu dalam ruang lingkup ketuanan syariah dan tidak keluar dari landasan yang thabit (tetap).

Kebanyakan pengkaji masa kini cenderung kepada pandangan ini. Kemungkinan disebabkan oleh kediktatoran yang dialami oleh kebanyakan negara Islam dan terpesona dengan kebebasan yang dibanggakan oleh masyarakat Barat. Berbagai andaian telah dibuat. Apa pun ia telah menjadi hakikat realiti. Kebanyakan penulisan moden menjurus ke arah itu dan cuba mencari sandaran hukum yang diterima dalam sistem pemikiran Islam.

Antara landasan kepada aliran ini ialah mereka berhujah dengan siasah syariyyah. Asal hukum dalam muamalat adalah harus. Ini termasuk dalam bab sesuatu yang tidak sempurna kewajiban kecuali dengannya maka hukumnya wajib. Kaedah hukum sesuatu urusan mengikut tujuannya, kaedah al-ma’laat, kaedah menjaga hak, kebebasan umum dan lain lain.

Perlaksanaan dalam struktur negara Islam

Menurut Prof. Dr. Solah al-Sowi (2011), perlaksanaan konsep kepelbagaian politik dalam konteks struktur sistem politik Islam (nizam imamah) adalah termasuk di bawah konsep wizarah tafwidh yang disebutkan oleh al-Mawardi (1966) dan Abi Ya’li dalam al-Ahkam al-Sultaniyah.
Yang penting bagi kami dalam perbahasan ini ialah wizarah tafwidh, adalah pintu masuk yang munasabah terhadap kepelbagaian politik dan sistem perwakilan Islam (parlimen) lahir dalam lingkungan Islam di samping memelihara reka bentuk asal bagi sistem al-khilafah dan tidak menyentuh lingkungan umum (kulliyah) dan paksinya yang asas.

Konsep wizarah tafwidh (empowerment)

Wizarah tafwidh bermaksud seorang ketua atau imam menyerahkan (empower) kepada menteri urusan pemerintahan mengikut pendapatnya dan melaksanakannya mengikut ijtihadnya. Ini merupakan satu bentuk mandat (wilayah) yang paling menyeluruh secara keseluruhan dalam pemerintahan negara Islam selepas imam. Ini kerana menteri yang diberi mandat secara tafwidh (empower) memiliki kuasa untuk menguruskan semua bidang kuasa khalifah, tanpa kecuali. Menurut al-Mawardi seorang menteri diberi mandat tafwidh (empower) kecuali pada melantik pengganti, minta lepas tugas dari ummah, memecat orang yang dilantik oleh imam. Selain daripada itu, ia memiliki kuasa yang sama. Keadaan ini menyamai kedudukan Perdana Menteri dalam sistem parlimen hari ini.

Memandangkan kepentingan jawatan Ketua Menteri, para fuqaha’ menetapkan syarat yang sama dengan syarat imam kecuali syarat keturunan. Hikmahnya jelas iaitu kerana Perdana Menteri mengambil tempat khalifah dalam segala bidang kuasanya. Oleh sebab itu maka wajiblah disyaratkan segala syarat yang menjamin beliau dapat melaksanakan tanggungjawab dengan sempurna.

Garis panduan politik kepartian

Menurut al-Sowy (2011), kepelbagaian politik boleh membawa kesan negatif kepada masyarakat sekiranya tidak diurus mengikut panduan mengawal. Antara kesan negatif yang dikenal pasti;

1- Perpecahan umat dan mencarikkan wala’
2- Bersaing untuk merebut kepimpinan
3- Melantik diri sendiri (tazkiah al-nafs)
4- Menjatuhkan orang lain
5- Menjatuhkan kerajaan
6- Jauh dari agama
7- Bermudah-mudah dengan agama
8- Keluar dari jamaah Islam

Garis panduan berkaitan isu perpecahan umat dan mencarik wala’

Bagi mengelakkan berlakunya perpecahan umat dan mencarikkan wala’ disebabkan kepelbagaian politik kepartian, parti politik umat Islam disarankan menjaga perkara berikut;
1. Kesemua parti mestilah berpegang pada kerangka dasar Islam yang tetap iaitu al-Quran, Sunnah dan Ijma’ ulama.

2. Selain kerangka dasar Islam yang tetap tersebut, kepentingan tertinggi kedudukan Islam dalam negara hendaklah menjadi faktor penyatuan antara parti. Faktor penyatuan itulah yang menghimpunkan semua parti, menjadikan mereka bagai satu suara, satu kuasa mendepani usaha-usaha pihak luar yang mahu menggugat kedudukan itu.

3. Kepentingan umat keseluruhannya hendaklah menjadi ganti kepada kepentingan parti. Wakil rakyat hendaklah membawa suara kebenaran dan kepentingan umat, mengatasi kepentingan politik kepartian. Mengutamakan kepentingan parti mengatasi suara kebenaran dan kepentingan umat merupakan satu jenayah asobiah jahiliyah yang ditegah oleh Nabi Muhamad S.A.W.

4. Memberikan ketaatan kepada kepimpinan tertinggi (al-Imam al-A’zam) sebagai simbol kesatuan dan perpaduan. Posisi kepimpinan tertinggi (al-Imam al-A’zam) hendaklah berada jauh daripada pertelingkahan politik kepartian. Ia menjadi benteng keadilan bagi semua pihak, mengeluarkan perintah pada waktu krisis memuncak dan mengembalikan semua pihak ke pangkal jalan. Dengan cara demikian, kekeliruan mengenai “الجروج على الجماعة” dapat dihapuskan.

Garis panduan berkaitan dengan perebutan merebut kepimpinan

Bagi mengelakkan kesan negatif akibat dari persaingan dalam kepelbagaian politik kepartian, beberapa langkah telah digariskan dengan harapan ia dapat mengurangkan kerosakan dan perebutan kuasa;

1. Pencalonan bagi pihak parti
2. Neraca penilaian berdasarkan program dan ijtihad politik yang matang

Garis panduan bagi mengelakkan berlaku insiden memuji diri dan menjatuhkan keperibadian lawan

1. Menghadkan kempen pada kadar cukup untuk menjelaskan isu dalam lingkungan kebenaran dan objektif
2. Penjelasan dan pujian calun berpaksikan program yang dicadang untuk penambahbaikan
3. Beriltizam dengan garis panduan yang ditetapkan oleh syarak dalam bab hisbah
4. Bertindak tegas terhadap pelanggaran yang berlaku dalam lingkungan ini

Garis panduan bagi mengelakkan berlakunya sifat bermudah-mudah dalam persaingan

1. Mengumumkan bahawa kepelbagaian hanya dalam perkara yang berkisar pada masalah furu’ dan masalah ijtihad bukan dalam soal usul yang tetap dalam kitab, sunnah dan Ijma’ ulama.
2. Menjaga adab berdialog dan adab perselisihan pendapat.

Malaysia adalah sebuah negara raja berparlimen. Yang di Pertuan Agong dan sultan secara strukturnya mengambil tempat imam al-a’zam dan Perdana Menteri sebagai wazir tafwidh. Sistem kepartian berligar dalam kerangka wizarah tafwidh dan tidak boleh lebih dari itu. Secara struktur kita dapat melaksanakan sistem kepelbagaian politik mengikut garis panduan dan disiplin yang dicadangkan.

Sejauhmana kepelbagaian terbuka kepada parti non muslim?

Menurut al-Sowy (2011), kepelbagaian yang boleh diterima ialah dalam ruang lingkup kepelbagaian yang komited dengan ketuanan syariah dan yang berligar pada kitaran orbit usul syariat Islam yang muktamad. Ada pun kepelbagaian mutlak yang memberi laluan kepada puak komunis, penyembah berhala, Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin umat dan menjadi ahli al-hal wa al-aqd serta memberi ruang kepada syariat syirik dan kufur menguasai negara Islam, maka ia adalah ditolak dan mungkar yang tidak boleh diterima sama sekali.

Pertukaran kuasa secara aman (Tadawul al-sultah bi al-silmi)

Pengertian penting yang terkandung dalam mafhum demokrasi juga ialah perubahan undang-undang dengan cara undang-undang atau perubahan kuasa dengan cara damai. Saya menganggap demokrasi dengan mafhum ini adalah kemuncak dalam pengalaman manusia dalam menguruskan pertukaran kuasa dalam sejarah. Kita sering membaca pertumpahan darah yang berlaku sepanjang sejarah akibat daripada perebutan kuasa dalam kalangan umat manusia. Demokrasi menyediakan ruang yang mengizinkan perubahan kuasa berlaku secara aman. Pada pandangan saya dalam ruang demokrasi yang ada sekarang tidak timbul lagi isu berkaitan dengan keharusan pertukaran kuasa secara umum.

Namun dalam ajaran Islam perubahan pemerintahan hendaklah dilakukan dengan alasan dan sebab yang syar’ei dan pertimbangan baik buruk yang tepat. Ia bukan hawa nafsu tetapi dilakukan apabila imam atau pemimpin telah hilang kelayakan untuk memerintah, sama ada dari segi amanah dan kuasa (quwwah) atau dari segi kemampuan (kifayah) dan kebebasan (istiqlal). Imam al-Haramain al-Juwaini (1979) mengulas isu ini secara panjang lebar dalam kitab al-Ghiyathi. Beliau berpendapat perubahan pemerintahan boleh dilakukan berdasarkan kaedah pengimbangan antara keburukan dan kebaikan (al-muwazanah baina maslahah wa mafsadah).

Ulama dahulu mengetatkan syarat dalam urusan menjatuh atau menukar pemerintah. Syarat yang ketat ini menggambarkan seolah-olah menutup pintu kepada pertukaran ini, kerana pengalaman masa lalu. Perebutan kuasa pada masa lepas telah meyebabkan berlakunya pertumpahan darah yang banyak dan kerosakan harta benda yang tidak terhingga. Di atas dasar yang sama (pengimbangan antara buruk dan baik) para ulama silam mengesahkan sistem beraja dan kepimpinan yang diambil secara keras.

Menurut al-Juwaini (1979) sekiranya kita dapat memastikan perlantikan pemimpin (imam) tanpa melalui rempuhan yang sia sia, tumpah darah, terpaksa berdepan dengan situasi goncangan yang sangat buruk, melayang nyawa, merosakkan harta benda, maka beliau berpendapat, hendaklah dibandingkan keburukan keadaan manusia yang sedia ada dengan suasana baru yang dijangkakan. Jika sekiranya keadaan yang sedia ada lebih teruk dari yang dijangkakan, maka wajib menanggung suasana baru yang dijangkakan untuk menolak bala yang sedia ada. Sekiranya keadaan dijangkakan lebih teruk berbanding suasana yang sedia ada, maka tidak harus sibuk untuk melakukan perubahan, sebaliknya hendaklah berterusan dalam keadaan yang sedia ada.

Pendapat al-Juwaini ini menunjukkan kepada keadaan imam yang kehilangan kelayakan kerana hilang syarat kelayakan dan tidak lagi mampu melaksanakan amanah sebagaimana yang sepatutnya. Pada waktu itu, perkiraan maksud siasah shariyyah mestilah diambil kira. Ia hendaklah dilakukan mengikut kaedah ijtihad yang tetap. Saya berpendapat keadaan yang sama sedang berlaku dalam sistem politik di negara kita hari ini. Pertukaran kuasa tidak sepatutnya berlaku mengikut kehendak demokrasi semata-mata tetapi hendaklah melalui ijtihad fiqh mengikut kaedah pengimbangan antara keburukan dan kebaikan (muwazanah baina mafsadah wa maslahah).

Selain daripada itu, Imam al-Haramain al-Juwaini juga meletakkan syarat perubahan kuasa mestilah melahirkan kepimpinan baru yang lebih dominan yang akan melaksanakan tanggungjawab.

“Sesungguhnya orang yang menjadi imam, apabila besar jenayahnya, banyak pelampauannya, tersebar kediktatorannya, terbongkar penyelewenganya, berterusan kesilapannya, dan ditakuti oleh sebab itu akan hilang pengawasan (al-baidhah) dan runtuh tunggak Islam, tiada pengganti yang boleh menggantikannya, menyingkirnya seperti menentang bughah, kita tidak boleh membenarkan individu dari hujung negeri untuk melakukan revolusi. Kerana kalau mereka melakukan demikian tentu mereka akan musnah. Itu menjadi sebab kepada bertambah buruk malapetaka dan menimbulkan lebih banyak fitnah. Namun begitu sekira terdapat seorang lelaki yang ditaati, memiliki pengikut yang ramai, bersedia melakukan perubahan kerana Allah, menyuruh kepada makruf dan mencegah dari kemungkaran, bersedia membela orang Islam, hendaklah ia maju ke hadapan dan Allah akan membantunya mengikut syarat yang terdahulu dari segi memelihara maslahah dan menilai kejayaan serta menimbang antara mudhorat yang akan berlaku dengan mudhorat yang sedia ada”.

Saya berpendapat kenyataan Imam al-Haramain al-Juwaini menunjukkan pada waktu pemimpin (imam) telah hilang syarat kelayakan untuk melakukan perubahan, ia memerlukan kepada ijtihad berpandukan maslahah (ijtihad maslahi). Iaitu perbandingan antara keburukan (mafsadah) dan kebaikan (maslahah) secara menyeluruh, antara kemudharatan dalam situasi yang sedia ada dengan situasi baru yang dianggarkan. Ia hendaklah dilakukan oleh satu kuasa yang dominan yang boleh secara pasti perubahan ini boleh mengembalikan kepimpinan Islam kepada keadaan yang asal.

Kesimpulan

Saya berpendapat walaupun kita bersetuju bahawa Malaysia adalah sebuah negara Islam dari segi takrif dan istilah, tetapi pengamalan siasah shariyyah di dalamnya tidak sempurna atau menyeluruh. Terdapat kecacatan di sana sini dari segi syarat perwakilan, ciri-ciri pemimpin, kaedah akad kontrak dan kuasa bagi mendaulatkan Islam dan memelihara martabat umat Islam. Saya berpendapat pendirian politik pada waktu ini harus dibuat berdasarkan fikh tiada daulah. Di mana umat Islam perlu dalam pendirian politiknya memastikan kondisi politik umat Islam berada pada tahap terpelihara sehingga dapat mempertahankan kepentingan Islam dan umat Islam seperti yang tercatat dalam perlembagaan. Ini pada tahap yang paling minimum. Sekiranya dilihat pada pandangan patut umat Islam harus berusaha untuk mengatasi cabaran politik yang memaksa pada zaman dahulu dan mencipta kondisi politik baru yang membolehkan mereka melaksanakan siasah shariyyah secara sempurna.

Oleh itu kita perlu mengambil pendekatan beransur-ansur (tadaruj) dalam langkah pengislahan (perubahan) melalui cara pembangunan umat; dakwah dan tarbiyah. Bukan dengan cara perubahan dari atas semata-mata iaitu melalui politik. Ini kerana manhaj pelaksanaan siasah shariyyah memerlukan kepada proses penyediaan umat. Kuasa politik pada hakikatnya adalah terbit dari keadaan umat itu sendiri. Kita sering mendengar ungkapan yang menyebut sebagaimana kamu begitulah juga pemimpin yang akan memimpin kamu. Perubahan politik memerlukan terlebih dahulu perubahan terhadap aqidah dan kefahaman umat.

Bukti yang jelas kita dapat lihat pada hari ini ialah apabila umat Islam sendiri di sana sini menentang dan menolak hukum Islam. Kemudian parti politik dalam keadaan ini akan tunduk kepada kehendak masyarakat dan memiliki kefahaman yang bercampur baur. Bagi mendapat undi walaupun pada laungannya ingin mendaulatkan Islam.

Satu fakta yang penting juga ialah arahan melaksanakan fardu kifayah adalah kewajipan ke atas bahu umat. Pemerintah bagi pihak umat melaksanakan tuntutan fardu kifayah tersebut agak sukar digambarkan dalam keadaan umat tidak faham. Mereka tidak bersedia untuk dibebankan dengan tanggungjawab pelaksanaan siasah shariyyah. Tanggungjawab pemerintah untuk berusaha mengukuhkan dan meninggikan kedudukan Islam dan memartabatkan umat Islam. Melalui pelbagai agensi yang sedia diperuntukkan untuk tujuan tersebut di dalam perlembagaan.

Di samping usaha berterusan untuk mendidik dan membangunkan umat Islam agar memahami dan memiliki kemampuan untuk mengisi keperluan sebuah negara berasaskan siasah shariyyah. Parti pembangkang pula boleh memainkan peranan amar makruf nahi mungkar, memuhasabah pemimpin, melakukan hisbah, sebagai kuasa pendesak, pengimbang kuasa dan sebagainya. Semua tindak tanduk politik hendaklah mengarah kepada memelihara dan memperkukuhkan muhtasabat supaya perbalahan politik tidak mengakibatkan kehilangan kuasa (doya’ al-baidhoh).

Oleh itu saya mencadangkan parti parti politik umat Islam:

1. Perlu sepakat bagi mencari jalan memperkasakan kedudukan Islam dan martabat umat berlandaskan peruntukan peruntukan yang sedia ada
2. Berbincangan untuk mengatasi tiga kepincangan yang wujud dalam sistem sekarang secara muwafakat dan ansur maju
3. Mengkaji semula dasar hubungan dengan parti parti bukan Islam agar hala tuju Malaysia kearah kesempurnaan tidak tergugat
4. Menolak dasar liberal yang akan menghakis kedudukan Islam, hak keistimewaan melayu dan mengancam intitusi raja.
5. Memastikan peranan politik non muslim dalam mana mana tahaluf siasi tidak melebihi kuasa tanfizi
Rujukan
Al-Quran al-Karim
Abu Zuhraah, Muhamad. 1958. Usul fiqh. Kaherah: Dar Fikr al-Arabi.
Bayyah, Sheikh Abdullah bin Sheikh al-Mahfuz. 2007. Amali al-dilalat wa majali al-ikhtilafat. Jeddah: Dar al-Minhaj.
Al-Ghazali, Abu Hamid Mohamad bin Mohamad. 1994. Al-Mustasfa fi ilm al-Usul. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah.
Ibn Khaldun, Abd. Rahman bin Muhamad. Tanpa tahun. Mukaddimah Ibn Khaldun. Beirut: Dar Ihya’ Turath al-Arabi.
Izzudin, Abi Muhamad Abd. Aziz Abd. Salam al-Silmi. 1990. Qawaed al-ahkam. Beirut: Dar aal-Rayyan.
al-Juwainy, al-Imam al-Haramain Abi al-Ma’aly. 1979. Ghiyathu al-umam fi al-tayathi al-zulam. Iskandariah: Dar al-Dakwah
al-Mawardi, Mahmud. 1983. Al-Khilafah baina al-tanzir wa al-tatbiq. Dirasat fi fiqh al-siyasi.
al-Mawardi, Abi al-Hasan Ali bin Muhamad bin Habib al-Basri al-Baghdadi. 1966. al-Ahkam al-sultaniyah wa al-wilayat al-diniyah. Kaherah: Dar al-Fikr.
al-Rasyid, Muhamad Ahmad. 2007. Usul al-ifta’ wa al-ijtihad al-tatbiqi. Jil. Ke-4. Canada: Dar al-Mihrab.
al-Rasyid, Muhamad Ahmad. 1990. Risalah al-Ain.
al-Sowy, Solah. 2011. al-Ta’adudiyah al-siasiyah fi al-dawlah al-Islamiyah. Kaherah: Universidad Internacional de America Latina.
al-Syatibi, Abi Ishak. Tanpa tahun. Al-Muwafaqat fi usul al-Syariah. Beirut: Dar al-Makrifat.

Disediakan oleh:
Abdullah Zaik Abd. Rahman
Presiden Ikatan Muslimin Malaysia
abdullahzaik@gmail.com

(Kertas kerja ini dibentangkan dalam Seminar “Dilema Politik Umat Islam di Malaysia: Memahami realiti dan cabaran semasa” pada 26-27 Jun 2012, anjuran IKIM di Dewan Besar IKIM, Kuala Lumpur.)

Saturday, May 4, 2013

Isma: 'Isma bukan proksi'

Sinar Harian
NIZAM ZAIN
4 Mei 2013
Abdullah Zaik
Abdullah Zaik
IKATAN Muslimin Malaysia (Isma) sebagai sebuah badan bukan kerajaan (NGO) mewarnai Pilihan Raya Umum ke-13 (PRU13) dengan agenda calon berwibawa dan beragama Islam. Ikuti temu bual eksklusif Sinar Harian Online bersama Presiden Isma,  Abdullah Zaik Abdul Rahman sempena PRU13.


SINAR HARIAN ONLINE: Mengapa Isma begitu terdorong untuk terlibat dalam politik secara serius pada pilihan raya kali ini?

ABDULLAH ZAIK
: Isma menceburi politik adalah untuk membawa agenda sendiri dan bebas berdasarkan fikrah dan pemahaman dan bacaan Isma terhadap realiti politik dan apa yang akan berlaku pada masa akan datang.

Ada ruang untuk Isma memainkan peranan dalam situasi baru nanti atau senario yang akan berlaku selepas PRU13, Isma melihat peranan yang boleh dimainkan pada waktu itu.

Saya yakin agenda perjuangan Islam dan bangsa akan semakin terhakis, mungkin bercelaru di mana pemimpin Islam akan menerima tekanan yang lebih hebat.

Apabila pihak parti politik Melayu dan Islam ini sama ada di sebelah Barisan Nasional (BN) atau Pakatan Rakyat (PR), akan terima tekanan yang lebih hebat di peringkat antarabangsa ke dalam negara ke arah liberalisasi yang lebih luas.

Jadi kita akan menuju kepada sistem politik yang lebih liberal atau dalam istilah Bahasa Arab menyebut "Negara Sivil yang Tidak Beragama".


SINAR HARIAN ONLINE: Adakah agenda Isma itu dapat diterima masyarakat negara ini yang jauh lebih matang pemikiran politiknya?

ABDULLAH ZAIK
: hari ini, masyarakat, tokoh politik dan NGO liberal telah mengadakan wacana yang fokusnya untuk membincangkan sejauh mana peranan agama dan bangsa dalam realiti politik akan datang.

Mereka cenderung membawa gagasan bahawa tidak ada peranan bangsa dan agama dalam politik akan datang. Mungkin masyarakat Malaysia belum faham, tentang apa yang akan berlaku dan sebab itu Isma akan bawa penjelasan tersebut kepada masyarakat.

Apa yang akan berlaku ialah satu bentuk pemerintahan negara sivil yang tidak berasaskan kepada agama dan bangsa. Dalam konteks hari ini, perlembagaan negara kita masih lagi meletakkan Islam sebagai agama Persekutuan, ada keistimewaan Melayu, jaminan kedudukan Raja-raja dan sebagainya.

Walaupun ia belum mencukupi untuk perjuangan Islam, kita mesti menuntut kedudukan yang lebih "solid" di mana Islam benar-benar berkuasa, dominan di mana segala yang bertentangan dengan Islam tidak terbatal dengan sendirinya.

Malah tidak ada sesiapa pun boleh mencabar kedudukan dan ketinggian hukum Islam. Suasana itu lebih ideal dan solid. Tapi apa yang ada dalam perlembagaan kita ini, sedikit sebanyak memihak kepada Islam dan Melayu.

Itulah yang dituntut oleh pejuang-pejuang kemerdekaan dulu yang mahukan Malaysia menjadi negara Melayu yang Islam atau negara Islam yang berteraskan Melayu. Sejak awal dulu seperti Dr Burhanuddin Helmi mereka menuntut negara ini sebagai negara Islam yang solid.

Hari ini, kalau kita bercakap tentang isu ini, nanti orang kata kita macam ketinggalan pada mereka. Oleh kerana itu Isma memperjuangkan Islam dengan meninggikan kalimah ALLAH SWT, melaksanakan syariat dan kehidupan berteraskan kepada keadilan Islam.

Ini adalah pandangan politik kita dan atas itulah kita menyatakan pendirian kita terhadap sesuatu isu atau sesuatu perkara. Contohnya kenapa kita tidak bersetuju Pas dengan Pakatan Rakyat (PR) dan kita menganggap bahawa kalaulah ditakdirkan PR menang, maka yang akan dominan adalah bukan Islam dan negara liberal yang sekular.

Kita mempunyai agenda yang tersendiri dan kita mempunyai peranan yang relevan di waktu ini serta lepas pilihan raya nanti, kita berharap meletakkan Isma di pentas yang lebih relevan pada masa akan datang.


SINAR HARIAN ONLINE: Apakah perbezaan antara Isma berbanding dengan NGO lain yang bergiat aktif dalam politik?

ABDULLAH ZAIK:
Bezanya dengan badan-badan lain ialah mereka memilih cara untuk menjadi proksi kepada parti-parti lain, mereka bukan tak hantar calon, mereka hantar calon tapi tidak umumkan lagi.

Kedua, dari segi maklum balas, setakat ini masyarakat umum menerima baik idea, pandangan dan tema yang kita bawa kepada mereka.

Kita bawa tema “Undilah Calon Muslim Berwibawa” dan kawasan yang kita tandingi ialah yang mana majoriti pengundinya adalah Melayu yang beragama Islam. Calon lawan Isma pula yang dihantar ialah calon bukan Islam sama ada dari PKR, DAP, MCA ataupun MIC.

Memang kita masuk semua tempat tanpa mengira latar belakang sama ada BN atau PR.

Dari masyarakat umum, mereka menerima baik dan ada yang mengatakan inilah yang ditunggu-tunggu selama ini, sudah beberapa tahun mereka tidak mengundi kerana tak ada calon yang beragama Islam.


SINAR HARIAN ONLINE: Bagaimanakah penerimaan parti-parti lain terhadap kehadiran Isma dalam arena politik tanah air?

ABDULLAH ZAIK:
Pelbagai... BN kata Isma menguntungkan PR dan PR pula kata kita menguntungkan BN. Malah ada yang mendakwa Isma menerima dana daripada Umno.

Kadang-kadang orang yang menuduh itu pengkaji politik, pensyarah universiti. Mereka kata berdasarkan analisis yang diperolehnya hingga membuat kesimpulan cukup negatif terhadap Isma.

Baru-baru ini Isma menerima amaran berbaur ugutan supaya tidak bertanding daripada kedua-dua pihak. Itu yang kita rasa kesal dalam konteks kematangan politik, perjuangan dan keterbukaan, serta dalam konteks demokrasi yang lebih luas, semua itu bohong belaka.

Bila kita nak masuk bertanding, kita pun ada hak demokrasi, semua orang ada hak demokrasi, tiada orang kata kita akan bolot atau dua kumpulan ini akan bolot semua hak politik dan demokrasi. Jadi kenapa bila kami nak masuk politik, mereka pula yang mengambil sikap begitu, kadang kala bergaya samseng.

Yang sebelah Umno-BN bagi amaran, yang sebelah Pas pun bagi amaran juga dan ada masjid-masjid yang dikuasai pembangkang menghalang serta membatalkan program-program ceramah yang mengundang penceramah daripada Isma.

Setakat ini ancaman itu secara lisan saja, tapi kalau kita masuk atau teruskan juga, mereka akan lakukan sesuatu (ancaman).

Mereka mungkin rasa Isma ini merugikan dan mengancam, mereka tak mampu melihat daripada perspektif kita sebagai seorang Melayu beragama Islam yang sepatutnya menerima benda ini satu yang sangat asas, sepatutnya mereka menerima dengan mudah.


SINAR HARIAN ONLINE: Adakah disebabkan agenda Islam yang dibawa Isma itu menggugat BN dan PR kerana masing-masing agak goyah apabila disebut perjuangan akidah, isu murtad, malah masih kabur sehingga mempolitikkan isu itu?

ABDULLAH ZAIK
: Mereka tidak akan berani sampai tahap menyokong atau mendokong isu agama, saya rasa mereka ada keterbatasan dalam konteks hari ini untuk mendokong agenda akidah, perjuangan Islam dan perjuangan bangsa.

Kalau sebut saja pasal bangsa, nanti orang cakap rasis, jadi mereka ada keterbatasan dari sudut itu, Isma terima dengan keterbatasan mereka sama ada dalam BN ataupun PR.

Beri ruang kepada Isma, kami tidak terikat dengan BN dan PR, untuk menyatakan apa yang orang Melayu nak, apa yang orang Islam nak, apa yang diperjuangkan oleh datuk nenek kita dulu sebelum merdeka.

Senario akan datang mungkin lebih teruk tekanan kepada agenda perjuangan Islam, walaupun dalam Pas dan kumpulan gerakan Islam ini sendiri tidak memahami situasi ini. Mereka tak rasa agenda perjuangan mereka sebenarnya telah berundur jauh ke belakang.

Kami melihat perkara ini dengan cukup jelas, sebab bila dah jadi negara sivil tidak beragama, bermakna perjuangan untuk tegakkan syariat Islam, rukun Islam, kalimah ALLAH yang tertinggi itu tiada lagi sebab dunia politik dan dunia kehidupan sosial akan tidak terikat dengan mana-mana agama.


SINAR HARIAN ONLINE: Sejak bilakan ustaz nampak atau sedari politik negara sivil yang tidak berasaskan agama itu mula menular?

ABDULLAH ZAIK
: Sejak munculnya gerakan hak asasi manusia. Sebenarnya format ini timbul selepas perang dingin, barat telah mengisytiharkan perang “Hadarah” atau perang tamadun, bukan perang guna senjata, tapi perang pemikiran, perang tamadun di antara barat dengan negara Islam.

Selepas jatuhnya Soviet, maka tumpuan dana dan kekuatan untuk menentang Islam. Mereka telah melancarkan satu kempen menggunakan masyarakat sivil, mereka latih orang-orang ini untuk mempromosi fikrah liberal, ideologi liberal dan ideologi kebebasan.

Pengaruh ini juga telah berjaya menjatuhkan Saddam Hussein, sebelum itu berjaya mewujudkan suasana kacau-bilau di negara-negara Arab sekarang atau Arab Spring, sebenarnya di belakangnya ialah gerakan sivil. Kalau kita baca betul-betul pergerakan ini, ia didalangi oleh mereka.

Di Malaysia pun begitu juga, cuma orang Malaysia tidak perasaan. Di Malaysia muncul pelbagai NGO yang bawa perjuangan hak asasi manusia, perjuangan hak kebebasan termasuk Majlis Peguam, Komers dan Suaram.

Saya dulu dalam NGO Komers, masa itu belum muncul lagi fahaman itu, saya ikuti Komers sejak dulu lagi, ia ditaja oleh pihak Eropah dengan mengadakan pelbagai bengkel. Begitu juga lahirnya kepimpinan-kepimpinan politik dalam PR secara khususnya yang mempromosikan fikrah dan ideologi ini.

Begitu juga orang DAP dari awal perjuangkan LGBT dan Malaysia untuk Malaysia. Tekanan-tekanan itu telah mengubah hala tuju politik negara tertentu termasuk di Malaysia.

Apa yang akan dilakukan oleh barat ialah mereka melahirkan suatu yang dinamakan “Muslim moderate”, satu gerakan yang beriman dengan fahaman liberal, yang boleh sejajarkan Islam mengikut fahaman mereka.
Sebagai contoh kebebasan beragama, isu tiada paksaan dalam beragama, isu LGBT, dan sebagainya.
Seperti di Malaysia, masyarakat sivil ini bergerak dan telah melatih rakyat negara ini, mereka telah berjaya bergerak sendiri dengan pelbagai jenama, hijau, biru, merah, kuning, itu semua masyrakat sivil yang dilatih.

Mereka ini menuntut ketuanan rakyat, dalam konteks negara sivil itu, adalah negara rakyat, negara yang kuasa atau sultannya kepada rakyat. Kita tengok sejak zaman itu, berlaku lepas perang dingin, kemudian Amerika mengisytiharkan format baru untuk membuat perubahan dalam negara-negara Islam.

Perlembagaan Malaysia masih lagi mempertahankan Islam sebagai agama persekutuan, tidak membenarkan kebebasan beragama, tak menerima LGBT, menghalang bukan Islam sebarkan agama mereka di kalangan orang Islam, isu-isu pertukaran agama dan sebagainya masih dipertahankan oleh sistem yang ada.

Fenomena ini sedang berlaku di Malaysia dan pilihan raya umum ke-13 ini adalah penentuan juga ke arah format itu. Kalau PR menang, maka itulah format sistem politik yang akan dilaksanakan dan diterapkan sama ada secara terus ataupun beransur-ansur.


SINAR HARIAN ONLINE: Adakah Ustaz mengatakan PR membawa fahaman liberal berbanding BN?

ABDULLAH ZAIK
: PR lebih liberal daripada BN, tapi BN akan terikut kerana tekanan daripada pihak luar dan juga PR.

PR mesti meliberalkan dasar mereka juga, sebab itu transformasi yang diperkenalkan oleh Datuk Seri Najib Tun Razak itu adalah untuk menangani ataupun menyaingi liberalisme, tapi saya lihat Najib masih mengekalkan pegangan asas dalam Perlembagaan, masih menolak liberalisme, masih menolak pluralisme dan masih mempertahankan Islam dalam Perlembagaan.

Cuma Najib cuba menerapkan sistem yang lebih inklusif dalam konteks sistem penyampaian supaya ia merangkumi dan sesetengahnya merisaukan kita, sebab orang dalam BN pun bukan kuat pegangan Islam.

Sehingga ke hari ini, semua orang menganggap apa yang kami lontarkan ini sebagai ketinggalan zaman kerana merek kata zaman sekarang ini zaman multi racial, zaman baharu, politik baharu, politik terbuka.

Bila sebut iltizam kita dengan akidah, Islam, teras kenegaraan kita, sejarahnya mestilah daripada Melayu dan dianggap sebagai politik zaman dulu. Perkara yang berkaitan dengan kedudukan Islam, hak dan warisan yang kita warisi, kita tak boleh tolak ansur atas apa nama sekalipun.

Jadi isu liberalisme, pluralisme, masalah rasis dan sebagainya adalah agenda yang dipupuk dan dibawa untuk memecahkan orang Melayu Islam supaya tidak bersatu, jadi mereka akan gagal untuk menemukan titik pertemuan di antara mereka.


SINAR HARIAN ONLINE: Adakah pendekatan yang dibawa oleh Anwar Ibrahim itu tidak menjurus kepada pegangan agama yang kuat?

ABDULLAH ZAIK
: Memanglah, bagi saya Anwar tidak bawa perjuangan Islam, orang Abim antara yang marah kepada saya sebab saya kata begitu. Dia bukan lagi pejuang Islam, saya kena beritahu, sebab dia cakap sendiri, “Im liberal democratic” (saya adalah pejuang liberal demokratik).

Dalam politik, kita kena faham terma-terma yang digunakan, kita kena kaji dia punya latar belakang dan ideologi setiap terma yang digunakan itu, baru kita boleh faham.
Kalau kita tak kaji, kita tak faham, adakah liberal demokratik ini merujuk kepada Islam atau hak asasi manusia atau humanisme barat. Jelas ini bukan datang dari Islam, ini datang dari humanisme barat.


SINAR HARIAN ONLINE: Adakah kewujudan dua parti Pas dan Umno yang berteraskan Melayu dan Islam itu masih relevan pada masa akan datang?

ABDULLAH ZAIK
: Kita balik kepada syariat Islam itu sendiri, balik kepada al-Quran dan al-Sunnah, kita ini satu ummah, jadi apa yang menyebabkan kita berpecah, kita boleh cari jalan penyelesaian dalaman.

Kita tak boleh guna pengaruh luar, ideologi luar atau penyelesaian asing untuk menyelesaikan masalah kita khususnya Umno dan Pas. Sebab itu Isma bawa idea Islam dengan nasionalisme adalah suatu yang bersifat merangkumi.

Sekarang ini ia dipisah, kita buat konfrantasi, yang ini Melayu, yang ini Islam, kita wujudkan jurang itu. Dalam Islam mengatakan bahawa kita mesti kasih dan cinta kepada bangsa sendiri lebih daripada orang lain atau dipanggil nasionalis.

Bila sebut Melayu, orang faham Islam, itu identiti nasional dan ini terbina dari pengalaman sejarah, takkan kita nak berpatah balik ke belakang, lalu kita berkata tak Melayu asing.

Seolah-olah kita mengingkari sejarah, seolah-olah apa yang berlaku ratusan tahun sehingga orang Melayu dianggap muslim, itu tak relevan. Sebab itu saya yakin orang Pas tidak menolak Melayu, bila isu berkaitan dengan orang Melayu, hatinya semulajadi, takkan boleh tolak!

Bila orang nak jajah negara dia, orang nak ambil kuasa daripada tangan dia, tentu dia rasa. Semangat itu akan datang sendiri, itu naluri dan fitrah. Ia tak boleh ingkar, takkan nak kata ini asobiah dan Islam mengiktiraf perasaan itu.

Jika orang nasionalis jujur memperjuangkan bangsa dia, membangunkan negara dia, membela nasib bangsa dia, malah saya tak tolak dia walaupun saya rasa perjuangan Islam itu lebih luas, menyeluruh, lebih baik, lebih merangkum tapi apa yang dibuat satu juzuk, lebih baik saya terima.

Tapi hari ini yang menjadi pertikaian, orang nasionalis itu sendiri tidak jujur, mengkhianati mandat dan amanah yang diberikan kepada mereka, lalu mereka rasuah, pecah amanah dan gagalkan perancangan baik. Kita banyak perancangan baik seperti Dasar Ekonomi Baru (DEB). Kalau mereka yang melaksanakan perancangan ini jujur dan baik, tentu mereka dapat laksanakan.

Kalau dua-dua bersetuju dan boleh bersama dalam agenda, kita pilih calon-calon berwibawa dalam Pas dan Umno, akhirnya kita boleh perjuangkan perkara yang sama.


SINAR HARIAN ONLINE: Adakah Isma ini boleh dianggap sebagai orang tengah?

ABDULLAH ZAIK:
Ya, itulah yang kita ingin mainkan peranan orang tengah itu, cuma mungkin orang tak faham maksud kita dan PR anggap kita di sebelah BN, BN pula kata kita di sebelah PR.

Kedua-dua pihak datang marahkan kita. Tak mengapa, mungkin ini sesuatu yang baru, jadi mereka perlu masa untuk memahami penglibatan kita dalam politik. Saya harap mereka dapat faham suatu masa nanti, perkara terpenting kita dapat lalui PRU13 ini dengan baik.



SINAR HARIAN ONLINE: Bagaimana pula dengan NGO lain seperti Jati?

ABDULLAH ZAIK
: Perjuangan Jati sama dengan kita, saya terlibat dengan Jati dari awal, cuma mungkin dia tidak membuat pilihan yang sama dengan kami. Kami pilih untuk bebas, mungkin dia belum cukup bersedia ke arah itu, atau dia nak main peranan sebagai pelengkap. Sebab itu kita mengambil masa yang lama untuk berbincang dengan NGO lain termasuk Jati, adakah Isma sendiri nak mainkan peranan yang begitu mengimbangi ataupun main peranan secara bebas.


SINAR HARIAN ONLINE: Sebelum ini, Ustaz ada sebut Isma sebagai mengimbangi parti yang menang pada PRU13, adakah Isma akan bertindak sebegitu jika PR menang?

ABDULLAH ZAIK:
Kita punya pendekatan, kita nak identiti kita ini yang bersendiri ini jelas kepada masyarakat. Boleh jadi kita bekerjasama dengan Umno atau Pas dan berperanan sebagai orang tengah, tapi ia bergantung kepada situasi semasa selepas PRU13.

Kita nak masyarakat jelas bahawa Isma bukan proksi kepada mana-mana pihak, itu cukup penting dan jelas malah Isma tidak menerima dana dan bantuan sama ada daripada segi fizikal, material, moral daripada mana-mana pihak, bahkan ada tekanan, ada ugutan, ada ancaman kepada pekerja dan petugas kita di medan.

Jadi saya rasa budaya dan orang politik cakap tak serupa bikin. Kalau dia sebelum menang lagi dah halang kita, bercakap tentang ketelusan, keterbukaan, kebebasan, saya rasa politik untuk dia saja.

Masjid yang dikuasai oleh pihak pembangkang, kalau dia rasa terbuka, nak beri kebebasan, apa salahnya penceramah Isma menyampaikan ceramah atau mengajar, yang ada tauliah, bukan tak ada, tajuk pun bukan tajuk politik, tajuk syiah kadang kala tajuk kalimah ALLAH, isu akidah, itu pun dihalang.

Awal-awal lagi tak betul, bagaimana kalau menang nanti nak bagi kebebasan bersuara. Saya tak percaya manifesto PR, manifesto itu karut saja, bagaimana mereka nak manipulasi pemikiran rakyat dan ini suatu yang terlatih.


SINAR HARIAN ONLINE: Adakah faktor calon itu penting untuk menubuhkan kerajaan akan datang?

ABDULLAH ZAIK
: Sebab itu kita bawa agenda calon dan kalau mengharapkan kepada parti untuk membawa agenda Islam, rasanya tak nampak. Kalau di pihak Umno pun mungkin orang tak melihat Umno sebagai pilihan yang nak bawa Islam. Begitu juga PR, siapa yang nak bawa Islam. Kalau kita nak pergi kepada pilihan terbaik atau memberi harapan yang lebih kepada agenda Islam dan Melayu ialah berdasarkan kepada calon.

Kalau Umno nak bawa perubahan, kemudian bawa calon-calon lama, orang percaya ke? Mungkin orang tak percaya. Umno kata boleh beri harapan baru kepada pengundi, rasanya mungkin tidak begitu konsisten.

Kalau mereka dapat kemukakan calon-calon yang berwibawa, mungkin itu akan memberi harapan kepada masyarakat.

Begitu juga dalam konteks Pas, cuma dalam penglibatan Isma, kita sebenarnya dah memilih tempat yang selamat daripada bertembung dengan calon parti Melayu, kita pilih calon bukan Melayu dan bukan Islam.

Kita kemukakan calon Islam di tempat majoriti Islam, jadi bila nak kempen mudah saja, tak payah manifesto panjang pun kami boleh maintain, strategi yang mudah.

Di samping kita nak mengelak daripada pertembungan dengan calon Melayu, dan kita kata nak bersatu tapi dalam masa yang sama kita boleh buat kempen yang mudah.

Orang Islam wajib undi calon Islam, terus pangkah, mudah saja. Mungkin pendekatan itu sedikit sebanyak memberi pengaruh kepada masyarakat.

Sebab itu kita terima respon daripada kedua-dua belah pihak, mereka takut memberi kesan kepada mereka di peringkat parti.


SINAR HARIAN ONLINE: Adakah Isma tidak khuatir menggunakan tiket Berjasa akan membayangi imej Isma itu sendiri?

ABDULLAH ZAIK:
Berjasa bukan parti komponen BN, memang perjuangkan Islam, kita memilih berjaya untuk bertanding nanti kerana kita tak dibayangi dengan agenda lain.

Kita bersetuju bertanding atas tiket Berjasa. Sehingga hari ini, sebarang kenyataan dan program kita buat atas nama Isma.

Berjasa tidak akan membayangi Isma, ia tidak akan berlaku, setakat ini kita uruskan dengan baik, sebab itu orang lebih melihat Isma berbanding Berjasa. Berjasa sekarang bebas, kekuatannya mungkin sama macam parti Kita, tapi imej Islam dan Melayu yang dibawa Berjasa lebih baik.


SINAR HARIAN ONLINE: Dari manakah Isma memperoleh dana untuk menggerakkan politiknya nanti?

ABDULLAH ZAIK:
Isma peroleh dana kewangan daripada ahli kita sendiri, tak ada siapa yang beri dana kepada kita yang meletakkan syarat tertentu, kena ikut polisi, dasar dan sebagainya setakat ini memang tiada.

Kalah atau menang, dana kita adalah sendiri, banyak atau sedikit, mudah untuk tentukan pergerakan sendiri.

ARTIKEL POLITIK TERAKHIR SBLM PILIHANRAYA



Selama lebih 25 tahun saya memilih utk diamkan diri ttg politik krn hormati pendirian keluarga terdekat saya yg terdiri dari ahli pelbagai parti politik. Saya tau pendirian saya akan melukakan setengah ahli keluarga saya sendiri dan sahabat2 yg amat dekat di hati. Tetapi saya anggap ini adalah DARURAT dan saya minta maaf.

Lebih 25 tahun yg lalu bila saya peluk Islam, saya dan mentor saya, Ustaz Ali Chin (Pendakwah Perkim Ipoh) menasihati masyarakat Melayu supaya tidak menganggap Islam itu milik istimewa mrk; berdakwahlah kpd bukan Muslim secara serius dan sistematik sblm terlambat bila mrk yg menakluk ekonomi INTERNASIONAL akan akhirnya menakluk politik LOCAL juga. Kami lantang bersuara pada 1988 SEBELUM WUJUDNYA ISTILAH ‘BOHSIA’/’BOHJAN’, jauh sekali istilah ‘MAT REMPIT’. Tiada istilah ‘liberalisma’ , ‘pluralisma’.

Sekarang selepas 25 tahun, 2013, saya lihat ‘dakwah’ liberal jauh mara kedepan DARI SEGI POLITICAL STRATEGI DAN ACTION, meninggalkan dakwah Islam yg hanya hebat dan relevan DARI SEGI CERAMAH berteraskan motivasi, komedi dan fekah. The MALAYSIAN DREAM far outsmarts the MUSLIM DREAM.

Kalau sekiranya selepas pilihanraya kali ini, umat Islam menganggap Islam itu milik satu bangsa, dan bukan sekadar tidak menyampaikannya kpd bukan Muslims tetapi tidak menaikkan ikon2 bangsa lain sebagai pendakwah dan ikon politik (diremehkan pada ruangan kecil hidayah “MENGAPA SAYA PELUK ISLAM”), saya rasa dakwah Islam akan lagi jauh tertinggal di belakang. Tsunami pluralisma yg melahirkan ‘pakar2 agama’ dari pelbagai bangsa (dan juga shiah yg lebih mendapat tempat selesa dalam pluralisma) pasti akan menelan dakwah Islam dan aqidah yg sejati krn pendakwah2 yg beraqidah sahih tidak mampu keep up dgn speed polarisasi pendapat, ragam dan mazhab dan BRANDING pluralisma yg sentiasa trendy. Akibatnya, agama akan teruk dipolitikkan sebagaimana yg terjadi pada zaman Sahabat dulu dimana politik menelan aqidah, dan akhirnya aqidah dipolarisasikan kpd shiah, khawarij, muktazilah, zindiq, jamiyyah, etc.

Saya berdoa kpd Allah swt agar rakyat memilih DEMI ISLAM, bukan DEMI TAKSUB atau WALA’ PD PARTI. ANCAMAN AQIDAH adalah jauh lebih bahaya dari ANCAMAN KORUPSI. Bahkan korupsi aqidah bukan sekadar meneruskan korupsi ekonomi, tetapi juga korupsi minda, rohani, psikologi, social hatta korupsi sumber2 tulen aqidah, ibadah dan akhlaq Islam! Saya hanya tunaikan amanah sbg hamba Allah swt utk sampaikan apa yg patut utk pilihanraya ini.

Saya terhutang budi dan berterimakasih kpd team analysis politik yg saya amat bergantung tahun ini utk feedback dan informasi (mrk tidak mau dikenali supaya senang merisik secara underground) yg terdiri dari Chinese Muslims (ada yg belum even register sebagai Muslims) yg mempunyai pengkhususan ilmiah dan groundwork/phd dlm falsafah, bahasa, agama, budaya, politik Cina, yg selalu update isu2 penting yg tersebar dalam mass media bahasa Cina dan kedai kopitiam!

Selepas pilihanraya, rasanya saya tidak akan menulis ttg politik lagi kecuali darurat. BIDANG DAKWAH ADALAH JAUH LEBIH BESAR DARI BIDANG POLITIK PILIHANRAYA.

XIFU NASER AL-MAJNUN