Pages

Friday, April 22, 2011

Cinta Tanpa Syarat


Diceritakan, ada sebuah keluarga besar. Datuk dan nenek mereka merupakan pasangan suami isteri yang bahagia dan saling hormat menghormati diantara satu sama lain. Suatu hari, ketika ahli keluarga berkumpul bersama, si cucu bertanya kepada mereka berdua, "Atuk dan nenek, tolong beritahu kepada kami apa dia resepi atau cara atuk dan nenek mempertahan cinta selama ini agar kami yang muda-muda boleh belajar."

Mendengar pertanyaan itu, datuk dan nenek saling berpandangan sambil tersenyum. Dari wajah keduanya, terpancar rasa kasih yang mendalam di antara mereka. "Aha, nenek yang akan bercerita dan menjawab pertanyaan kalian," kata datuk.

Sambil menerawang ke masa lalu, nenek pun mula bercerita. "Ini pengalaman datuk dan nenek yang tak mungkin terlupakan dan rasanya perlu kalian dengar dengan baik. Suatu hari, kami berdua terlihat satu perbincangan di dalam sebuah artikel di majalah yang berjudul ‘bagaimana memperkuat tali pernikahan'. Di sana dituliskan, masing-masing dari kita diminta mencatat hal-hal yang kurang disukai dari pasangan kita. Kemudian, dibahas cara untuk mengubahnya agar ikatan tali pernikahan boleh menjadi lebih kuat dan bahagia. Nah, malam itu, kami sepakat berpisah kamar dan mencatat apa saja yang tidak disukai. Esoknya, selesai sarapan, nenek memulai lebih dulu membacakan daftar kekurangan-kekurangan datuk kamu. Kalau dikira, ternyata banyak juga, dan herannya lagi, sebegitu banyak yang tidak disukai, tetapi tetap saja datuk kalian menjadi suami tercinta nenekmu ini," kata nenek sambil tertawa. Mata tuanya tampak berkaca-kaca mengenang kembali saat itu.

Lalu nenek melanjutkan, "Nenek membacanya hingga selesai dan kelelahan. Dan, sekarang giliran datukmu pula yang akan bercerita."

Dengan suara perlahan, datuk meneruskan. "Pagi itu, atuk membawa kertas juga, tetapi....kosong. Atuk tidak mencatat sesuatu pun di kertas itu. Atuk merasa nenekmu adalah wanita yang atuk cintai apa yang ada padanya, atuk tidak ingin mengubahnya sedikit pun. Nenekmu cantik, baik hati, dan mau menerima atuk sebagai suaminya, itu sudah lebih dari cukup bagi atuk."

Nenek segera mencelah, "Nenek sungguh sangat tersentuh oleh pernyataan datukmu itu sehingga sejak saat itu, tidak ada masalah atau sesuatu apapun yang cukup besar yang dapat menyebabkan kami bertengkar dan mengurangi perasaan cinta kami berdua."

Pembaca yang budiman,

Sering kali di dalam kehidupan ini, kita lebih banyak menghabiskan waktu dan tenaga untuk memikirkan perkara yang buruk dan negetif, mengecewakan dan yang menyakitkan. Padahal, pada masa yang sama kita sebenarnya boleh menemukan banyak kebaikan di sekeliling kita.

Saya yakin dan percaya, kita akan menjadi manusia yang berbahagia jika kita mampu berbuat, melihat, dan bersyukur atas hal-hal baik di dalam kehidupan ini dan senantiasa mencuba untuk melupakan yang buruk yang pernah terjadi. Dengan demikian, hidup akan dipenuhi dengan keindahan, pengharapan, dan kedamaian.

Di edit dari tulisan Andrie Wongso

No comments:

Post a Comment