Dalam
Al-Qur’an, manusia dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
menggunakan panggilan sesuai kedekatan dan kedudukannya, misalnya, “yaa
ayyuhannas”, “yaa ayyuhalladzina aamanuu”, “yaa ayyuhal kafirun” dan
salah satu panggilan mesra serta akrab adalah “yaa ‘ibadii”. Allah pun
menyebut hamba-hamba yang dikasihi-Nya dengan panggilan “ibadurrahman”
atau hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah. Kelak di yaumil akhir,
‘ibadurrahman akan bersama para nabi, shiddiqin, syuhada dan
as-sholihin. “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rosul-Nya, mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”
(An-Nisaa ayat 69).
Sifat dan karakteristik “ibadurrahman” atau
hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah telah dijelaskan dalam surat
Al-Furqon ayat 63 sampai ayat 77, antara lain :
• Orang-orang yang
berjalan di muka bumi dengan rendah hati. Siapakah ? Adalah mereka yang
berjalan di muka bumi dengan santun, tenang, penuh wibawa, tidak
berlagak sombong, dan sewenang-wenang, tidak berbuat kerusakan di
dalamnya serta tidak bermaksiat kepada Allah.
• Bila ditegur
orang yang jahil, ia mengucapkan salam kedamaian. Mereka membalas sikap
dan perkataan orang-orang yang tidak baik dengan kebaikan. Orang-orang
sholeh sepanjang sejarah manusia selalu dihadapkan dengan perilaku buruk
dan zalim manusia yang jauh dari hidayah.
• Orang yang melalui
malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Mereka
istiqomah mendirikan sholat tahajud di malam hari, ibadah sunah yang
sangat tinggi nilainya di hadapan Allah. Sedikit orang yang mampu
melakukannya pada saat sebagian besar manusia tidur lelap. Mereka justru
sedang asyik bermesraan dengan Tuhan pemilik semesta sehingga pantas
mendapatkan kedudukan yang mulia.
• Apabila membelanjakan
harta, mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir serta pembelanjaan
itu di tengah-tengah antara yang demikian. Ada dua konsep keseimbangan
dan kehormatan diri dalam menyikapi harta, yaitu tabzir dan israf.
Tabzir atau pelakunya disebut mubazzirin adalah perilaku boros dan
membuang-buang harta yang merupakan perbuatan syaitan. Sedangkan irraf
atau pelakunya disebut musrifin adalah berlebih-lebihan dalam segala
hal. Makan, minum kekenyangan, belanja berlebihan menuruti hawa nafsu,
menonton berlebihan hingga lupa waktu, bahkan dalam berinfak juga
berlebihan dan seterusnya. Dalam hal ini Allah tidak suka kepada orang
yang berlebihan. (SK 21052013)
Dalam
Al-Qur’an, manusia dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
menggunakan panggilan sesuai kedekatan dan kedudukannya, misalnya, “yaa
ayyuhannas”, “yaa ayyuhalladzina aamanuu”, “yaa ayyuhal kafirun” dan
salah satu panggilan mesra serta akrab adalah “yaa ‘ibadii”. Allah pun
menyebut hamba-hamba yang dikasihi-Nya dengan panggilan “ibadurrahman”
atau hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah. Kelak di yaumil akhir,
‘ibadurrahman akan bersama para nabi, shiddiqin, syuhada dan
as-sholihin. “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rosul-Nya, mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”
(An-Nisaa ayat 69).
Sifat dan karakteristik “ibadurrahman” atau hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah telah dijelaskan dalam surat Al-Furqon ayat 63 sampai ayat 77, antara lain :
• Orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati. Siapakah ? Adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan santun, tenang, penuh wibawa, tidak berlagak sombong, dan sewenang-wenang, tidak berbuat kerusakan di dalamnya serta tidak bermaksiat kepada Allah.
• Bila ditegur orang yang jahil, ia mengucapkan salam kedamaian. Mereka membalas sikap dan perkataan orang-orang yang tidak baik dengan kebaikan. Orang-orang sholeh sepanjang sejarah manusia selalu dihadapkan dengan perilaku buruk dan zalim manusia yang jauh dari hidayah.
• Orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Mereka istiqomah mendirikan sholat tahajud di malam hari, ibadah sunah yang sangat tinggi nilainya di hadapan Allah. Sedikit orang yang mampu melakukannya pada saat sebagian besar manusia tidur lelap. Mereka justru sedang asyik bermesraan dengan Tuhan pemilik semesta sehingga pantas mendapatkan kedudukan yang mulia.
• Apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir serta pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian. Ada dua konsep keseimbangan dan kehormatan diri dalam menyikapi harta, yaitu tabzir dan israf. Tabzir atau pelakunya disebut mubazzirin adalah perilaku boros dan membuang-buang harta yang merupakan perbuatan syaitan. Sedangkan irraf atau pelakunya disebut musrifin adalah berlebih-lebihan dalam segala hal. Makan, minum kekenyangan, belanja berlebihan menuruti hawa nafsu, menonton berlebihan hingga lupa waktu, bahkan dalam berinfak juga berlebihan dan seterusnya. Dalam hal ini Allah tidak suka kepada orang yang berlebihan. (SK 21052013)
Sifat dan karakteristik “ibadurrahman” atau hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah telah dijelaskan dalam surat Al-Furqon ayat 63 sampai ayat 77, antara lain :
• Orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati. Siapakah ? Adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan santun, tenang, penuh wibawa, tidak berlagak sombong, dan sewenang-wenang, tidak berbuat kerusakan di dalamnya serta tidak bermaksiat kepada Allah.
• Bila ditegur orang yang jahil, ia mengucapkan salam kedamaian. Mereka membalas sikap dan perkataan orang-orang yang tidak baik dengan kebaikan. Orang-orang sholeh sepanjang sejarah manusia selalu dihadapkan dengan perilaku buruk dan zalim manusia yang jauh dari hidayah.
• Orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Mereka istiqomah mendirikan sholat tahajud di malam hari, ibadah sunah yang sangat tinggi nilainya di hadapan Allah. Sedikit orang yang mampu melakukannya pada saat sebagian besar manusia tidur lelap. Mereka justru sedang asyik bermesraan dengan Tuhan pemilik semesta sehingga pantas mendapatkan kedudukan yang mulia.
• Apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir serta pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian. Ada dua konsep keseimbangan dan kehormatan diri dalam menyikapi harta, yaitu tabzir dan israf. Tabzir atau pelakunya disebut mubazzirin adalah perilaku boros dan membuang-buang harta yang merupakan perbuatan syaitan. Sedangkan irraf atau pelakunya disebut musrifin adalah berlebih-lebihan dalam segala hal. Makan, minum kekenyangan, belanja berlebihan menuruti hawa nafsu, menonton berlebihan hingga lupa waktu, bahkan dalam berinfak juga berlebihan dan seterusnya. Dalam hal ini Allah tidak suka kepada orang yang berlebihan. (SK 21052013)
No comments:
Post a Comment